Pendahuluan
Pada unit 1 mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik ini, kita akan mempelajari konsep-konsep dasar tentang perkembangan belajar peserta didik yang disajikan dalam empat subunit. Konsep dasar tersebut meliputi: (1) pengertian perkembangan belajar peserta didik; (2) prinsip-prinsip perkembangan; (3) karakteristik perkembangan peserta didik usia SD/MI; dan (4) tugas perkembangan peserta didik usia SD/MI. Agar pemahaman Anda tentang peserta didik utuh dan berkesinambungan, akan disajikan sepintas tentang karakteristik dan tugas perkembangan pada masa sebelumnya (masa anak awal) dan sesudahnya (masa puber)
Keempat sajian tersebut diharapkan dapat membekali Anda dengan pemahaman yang komprehensif tentang konsep perkembangan peserta didik. Dengan kata lain, usai mempelajari unit 1 ini Anda diharapkan dapat:
1.
merumuskan pengertian perkembangan, belajar, dan peserta didik;
2.
menjelaskan dengan contoh minimal lima prinsip perkembangan peserta didik;
3.
mengidentifikasikan karakteristik peserta didik usia SD/MI; serta
4.
menjelaskan tugas-tugas perkembangan peserta didik usia SD/MI. Pada pembagian masa perkembangan, peserta didik usia SDMI (usia 6 – 12 tahun) termasuk dalam masa anak akhir
Pembelajaran pada unit ini dilakukan melalui kegiatan pembelajaran tatap muka dan terutama pembelajaran mandiri dengan menggunakan bahan ajar cetak maupun berbasis web. Untuk mengukur tingkat penguasaan Anda atas materi yang telah dipelajari, kerjakanlah latihan dan tes formatif pada akhir setiap subinit. Kemudian, bandingkan hasil jawaban Anda dengan rambu-rambu/kunci latihan dan kunci tes formatif yang tersedia.
Unit 1
Tugas perkembangan peserta didik usia SD/MI ialah:
a. mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan;
b.
mengembangkan sikap sehat mengenai diri sendiri;
c.
belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya;
d.
mulai mengembangkan peran sosial pria dan wanita;
e.
mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung;
f.
mengembangkan pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari;
g.
mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata dan tingkatan nilai;
h.
mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga; serta
i.
mencapai kebebasan pribadi
Subunit 1
Pengertian Perkembangan Belajar Peserta Didik
ada bagian ini, Anda akan mempelajari pengertian beberapa istilah berkenaan dengan kata-kata kunci yang terangkum pada nama mata kuliah Perkembangan Belajar Peserta Didik yaitu pengertian perkembangan, pengertian belajar, dan pengertian peserta didik, khususnya peserta didik usia SD/MI. Dengan mempelajari subunit 1 ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan pengertian perkembangan, belajar, dan peserta didik, dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Pengertian Perkembangan
Perubahan merupakan hal yang melekat dalam pengertian perkembangan. E.B. Hurlock (Istiwidayanti dan Soedjarwo, 1991) mengemukakan bahwa perkembangan atau development merupakan serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Ini berarti, perkembangan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat progresif (maju), baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan kuantitatif disebut juga ”pertumbuhan” merupakan buah dari perubahan aspek fisik seperti penambahan tinggi, berat dan proporsi badan seseorang. Perubahan kualitatif meliputi perubahan aspek psikofisik, seperti peningkatan kemampuan berpikir, berbahasa, perubahan emosi dan sikap, dll. Selain perubahan ke arah penambahan atau peningkatan, ada juga yang mengalami pengurangan seperti gejala lupa dan pikun. Jadi perkembangan bersifat dinamis dan tidak pernah statis..
Terjadinya dinamika dalam perkembangan disebabkan adanya ”kematangan dan pengalaman” yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan aktualisasi/ realisasi diri. Kematangan merupakan faktor internal (dari dalam) yang dibawa setiap individu sejak lahir, seperti ciri khas, sifat, potensi dan bakat. Pengalaman merupakan intervensi faktor eksternal (dari luar) terutama lingkungan sosial budaya di sekitar individu. Kedua faktor (kematangan dan pengalaman) ini secara simultan mempengaruhi perkembangan seseorang. Seorang anak yang memiliki bakat musik dan didukung oleh pengalaman dalam lingkungan keluarga yang mendukung pengembangan bakatnya seperti menyediakan dan memberi les musik, akan berkembang menjadi seorang pemusik yang handal. Perubahan progresif yang berlangsung terus menerus sepanjang hayat memungkinkan manusia menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana manusia hidup. Sikap manusia terhadap perubahan berbeda-beda tergantung beberapa faktor, diantaranya pengalaman pribadi, streotipe dan nilai-nilai budaya, perubahan peran, serta penampilan dan perilaku seseorang.
Pengertian Belajar
Cukup banyak para ahli yang merumuskan pengertian belajar. Slameto (1995) merumuskan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Sementara Winkel (1989) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasil-kan perubahan yang relatif menetap/bertahan dalam kemampuan ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Jadi, belajar pada hakikatnya merupakan salah satu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif menetap, dan mempunyai tujuan terarah pada kemajuan yang progresif.
Belajar pada abad 21, seperti yang dikemukakan Delors (Unesco, 1996), didasar-kan pada konsep belajar sepanjang hayat (life long learning) dan belajar bagaimana belajar (learning how to learn). Konsep ini bertumpu pada empat pilar pembelajaran yaitu: (1) learning to know (belajar mengetahui) dengan memadukan pengetahuan umum yang cukup luas dengan kesempatan untuk bekerja melalui kemampuan belajar bagaimana caranya belajar sehingga diperoleh keuntungan dari peluang-peluang pendidikan sepanjang hayat yang tersedia; (2) learning to do (belajar berbuat) bukan hanya untuk memperoleh suatu keterampilan kerja tetapi juga untuk mendapatkan kompetensi berkenaan dengan bekerja dalam kelompok dan berbagai kondisi sosial yang informal; (3) learning to be (belajar menjadi dirinya) dengan lebih menyadari kekuatan dan keterbatasan dirinya, dan terus menerus mengembangkan kepribadiannya menjadi lebih baik dan mampu bertindak mandiri, dan membuat pertimbangan berdasarkan tanggung jawab pribadi; (4) learning to live together (belajar hidup bersama) dengan cara mengembangkan pengertian dan kemampuan untuk dapat hidup bersama dan bekerjasama dengan orang lain dalam masyarakat global yang semakin pluralistik atau /majemuk secara damai dan harmonis, yang didasari dengan nilai-nilai demokrasi, perdamaian, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan.
Pengertian Peserta Didik
Peserta didik dalam arti luas adalah setiap orang yang terkait dengan proses pendidikan sepanjang hayat, sedangkan dalam arti sempit adalah setiap siswa yang belajar di sekolah (Sinolungan, 1997). Departemen Pendidikan Nasional (2003) menegaskan bahwa, peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan dirinya melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Peserta didik usia SD/MI adalah semua anak yang berada pada rentang usia 6 -12/13 tahun yang sedang berada dalam jenjang pendidikan SD/MI.
Peserta didik merupakan subjek yang menjadi fokus utama dalam penyeleng-garaan pendidikan dan pembelajaran. Penting Anda pahami sebagai guru kelas SD bahwa pemahaman dan perlakuan terhadap peserta didik sebagai suatu totalitas atau kesatuan. Menurut Semiawan (1999), konsep peserta didik sebagai suatu totalitas sekurangnya mengandung tiga pengertian. Ketiga pengertian itu mencakup, pertama, peserta didik adalah mahluk hidup (organisme) yang merupakan suatu kesatuan dari keseluruhan aspek yang terdapat dalam dirinya. Aspek fisik dan psikis tersebut terdapat dalam diri peserta didik sebagai individu yang berarti tidak dapat dipisahkan antara suatu bagian dengan bagian lainnya. Kedua, keseluruhan aspek fisik dan psikis tersebut memiliki hubungan yang saling terjalin satu sama lain. Jika salah satu aspek mengalami gangguan misalnya sakit gigi (aspek fisik), maka emosinya juga terganggu (rewel, cepat marah, dll). Ketiga, peserta didik usia SD/MI berbeda dari orang dewasa bukan sekedar secara fisik, tetapi juga secara keseluruhan. Anak bukanlah miniatur orang dewasa, tetapi anak adalah anak yang dalam keseluruhan aspek dirinya berbeda dengan orang dewasa.
Sinolungan (1997) juga mengemukakan, manusia termasuk peserta didik adalah mahluk totalitas “homo trieka”. Ini berarti manusia termasuk peserta didik merupakan: (a) mahluk religius yang menerima dan mengakui kekuasaan Tuhan atas dirinya dan alam lingkungan sekitarnya; (b) mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam berinteraksi dan saling mempengaruhi agar berkembang sebagai manusiaa; serta (c) mahluk individual yang memiliki keunikan (ciri khas, kelebihan, kekurangan, sifat dan kepribadian, dll), yang membedakannya dari individu lain.
Jadi, dalam mempelajari dan memperlakukan peserta didik, termasuk peserta didik usia SD/MI hendaknya dilakukan secara utuh, tidak terpisah-pisah. Kita harus melihat mereka sebagai suatu kesatuan yang unik, yang terkait satu dengan lainnya.
Latihan
Demikianlah sajian tentang pengertian perkembangan peserta didik. Untuk memantapkan penguasaan materi yang baru dipelajari, kerjakanlah latihan berikut.
1.
Jelaskan pengertian perkembangan, belajar, peserta didik!
2. a. Samakah perkembangan dengan pertumbuhan?
b. Jelaskan secara singkat konsep belajar abad ke-21.
c. Apa yang dimaksud dengan ”“homo trieka”?
Sudah selesai? Baik, mari kita bandingkan jawaban Anda dengan rambu jawaban latihan di bawah ini.
1.
Perkembangan ialah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Peserta didik ialah individu yang merupakan suatu totalitas kesatuan psikofisik yang tidak dapat dipisahkan, mempunyai keunikan masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya.
2. a. Tidak persis sama. Pertumbuhan berkenaan dengan perubahan fisik secara kuantitatif, sedangkan perkembangan berkenaan dengan perubahan psikofisik secara kualitatif. Jadi pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan.
b. Konsep belajar pada abad ke-21 berkenaan dengan konsep belajar sepanjang masa (life long learning) dan belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn) yang bertumpu pada empat pilar pembelajaran (learning how to know / to do / to be / to live together)
c. “Homo trieka”. “homo” = manusia, tri = tiga, dan eka = satu. Dengan demikian, “homo trieka” ialah individu manusia sebagai satu kesatuan memiliki peran sebagai mahluk religius, mahluk sosial, dan mahluk individual.
Rangkuman
Tes Formatif
Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada tes formatif berikut dengan singkat, jelas, benar, dan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
1.
Rumuskan pengertian perkembangan dengan kata-kata Anda sendiri!
2.
Jelaskan apa yang dimaksud dengan dinamika perkembangan?
3.
Beri contoh, bagaimana faktor kematangan/pembawaan dan pengalaman mempe-garuhi perkembangan seseorang?
4.
Beri penjelasan singkat beberapa istilah berikut yang terdapat pada konsep belajar abad ke-21: learning how to learn, learning to do, learning to know, dan life long learning.
5.
Jelaskan pengertian peserta didik sebagai totalitas/kesatuan!
Dalam mempelajari perkembangan peserta didik, ada tiga kata kuci yang harus dipahami dengan baik. Ketiganya ialah perkembangan, belajar, dan peserta didik.
Yang dimaksud dengan perkembangan adalah serangkaian perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh perubahan perilaku yang relatif dalam aspek kognitif, afektif, maupun psiko-motorik, yang diperoleh melalui interaksi individu dengan lingkungannya. Sementara peserta didik adalah individu yang merupakan suatu totalitas kesatuan psikofisik yang tidak dapat dipisahkan, mempunyai keunikan masing-masing yang berbeda satu dengan lainnya
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir unit ini. Hitunglah ketepatan jawaban tersebut dengan cara memberi skor masing-masing soal dengan rentangan 0-10. Kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam mempelajari subunit 1 ini.
Rumus:
Jumlah skor kelima jawaban
Tingkat penguasaan: ------------------------------------------- x 100 % 50
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil dengan baik. Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit berikutnya. Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya bagian yang belum Anda kuasai.
Subunit 2
Prinsip-Prinsip Perkembangan
etelah mempelajari pengertian ”perkembangan, belajar, dan peserta didik”, maka berikut ini akan dikemukakan beberapa prinsip perkembangan yang perlu diketahui sehingga akan membantu pemahaman Anda tentang perkembangan belajar peserta didik dengan lebih baik lagi.
Prinsip-prinsip perkembangan yang dikemukakan pada bagian ini bersumber dari buku Perkembangan Anak jilid 1 yang ditulis oleh Hurlock (1990). Sajian tentang prinsip perkembangan tersebut mencakup: kaitan perkembangan dengan perubahan, bandingan perkembangan awal dengan perkembangan selanjutnya, hubungan perkembangan dengan proses kematangan dan belajar, karakteristik dan urutan pola perkembangan, perbedaan individu dalam perkembangan, karakteristik setiap periode perkembangan, harapan sosial pada setiap periode perkembangan dan bahaya bahaya potensial yang dikandungnya, dan variasi kebahagiaan pada berbagai periode perkembangan. Prinsip-prinsip perkembangan ini tidak perlu Anda hafalkan, tetapi yang penting Anda dapat memahami dan menerapkannya ketika berinteraksi dengan peserta didik.
Prinsip 1: Perkembangan Melibatkan Perubahan
Berkembang berarti mengalami perubahan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Perubahan secara kuantitatif disebut juga pertumbuhan. Peserta didik/anak tidak saja menjadi bertambah besar secara fisik, tetapi juga ukuran dan struktur dalam organ dan otak meningkat. Pada pertumbuhan ada peningkatan ukuran (berat dan tinggi), maupun struktur atau proporsi tubuh. Perubahan secara kualitatif ditandai dengan adanya perubahan fungsi yang besifat progresif/maju dan terarah. Ada keterkatian antara perubahan yang satu dengan yang lain, maupun sebelum dan sesudahnya.
Perubahan dalam perkembangan terjadi karena adanya dorongan dalam diri individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk merealisasikan/ mengakutalisasikan dirinya. Selain terjadi perubahan dalam bentuk penambahan ukuran dan proporsi, terdjadi juga gejala hilangnya ciri-ciri lama dan munculnya ciri-ciri baru. Misalnya, jika terjadi rambut rontok maka akan tumbuh rambut baru, kemampuan bahasa anak berubah dari sekedar menangis sampai mampu berbicara dan berkomunikasi denggan orang lain.
Prinsip 2: Perkembangan Awal Lebih Kritis daripada Perkembangan Selanjutnya
Tahun-tahun awal kehidupan anak (0-5 tahun) merupakan saat yang kritis bagi perkembangan selanjutnya. Perkembangan awal kehidupan merupakan landasan bagi pembentukan dasar-dasar kepribadian seseorang. Perilaku yang terbentuk cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap perilaku anak sepanjang hidupnya. Pada tahun tahun awal, anak belajar menyesuaikan dan membiasakan diri dengan berbagai hal yang ada di sekitarnya. Pada saat ini juga terbentuk kepercayaan dasar (basic trust) yang sangat penting dan berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak selanjutnya.
Beberapa kondisi yang mempengaruhi dasar awal perkembangan antara lain: hubungan antarpribadi terutama dengan anggota keluarga, keadaan emosi yang terbentuk karena sikap menerima atau menolak dari orang tua atau anggota keluarga yang lain, cara atau pola pengasuhan anak, latar belakang keluarga, serta rangsangan yang diberikan. Anak yang kelahirannya tidak diharapkan, misalnya, akan mempengaruhi sikap ibu dan anggota keluarga lain untuk tidak terlalu peduli, kurang memberikan kasih sayang, dll. Hal ini membuat anak merasa diabaikan, tidak diperlukan, tidak dikasihi, dan tidak nyaman, yang dapat berakibat lebih lanjut bagi perilaku anak untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat menarik perhatian orang lain atau sebaliknya anak menjadi pendiam dan menarik diri.
Sikap dan perilaku anak yang terbentuk pada tahun-tahun awal kehidupan cenderung bertahan/menetap dan mewarnai kepribadian dan sikap perilaku anak dalam berinteraksi dengan diri dan lingkungan selanjutnya. Sikap dan perilaku yang terbentuk agak sulit diubah, meskipun tidak berarti tidak dapat berubah sama sekali. Akan tetapi, pengubahan sikap dan perilaku tersebut (terutama yang kurang baik/negatif) memerlukan motivasi dan usaha keras dari orang yang bersangkutan untuk mau berubah dan memperbaiki perilaku kebiasaan yang kurang baik tersebut.
Prinsip 3: Perkembangan Merupakan Hasil Proses Kematangan dan Belajar
Menurut teori Konvergensi yang dikemukakan oleh Stern, perkembangan seseorang merupakan hasil proses kematangan dan belajar. Stern memadukan atau mengkonvergensikan teori Naturalisme dan Empirisme. Menurut teori Naturalisme, perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor alam (nature), bakat pembawaan, keturunan/heriditas seseorang, termasuk di dalamnya kematangan seseorang.. Sementara itu, teori Empirisme berpendapat bahwa perkembangan seseorang terutama ditentukan oleh faktor lingkungan tempat anak/individu itu berada dan tumbuh-kembang, termasuk di dalamnya lingkunan keluarga, sekolah, dan belajar anak.
Kenyataannya, faktor pembawaan maupun lingkungan saling mempengaruhi dalam perkembangan seseorang. Kedua faktor tersebut dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan dalam perkembangan seseorang. Keduanya saling berinteraksi dan mempengaruhi.Seorang anak yang mempunyai bakat musik, misalnya, perkembangan bakat atau kemampuan bermain musiknya tidak akan optimal apabila tidak mendapatkan kesempatan belajar musik. Jadi, potensi anak/peserta didik yang sudah ada/dibawa sejak lahir akan bekembang optimal, apabila lingkungan mendukungnya. Dukungan itu di antaranya dengan penyediaan sarana prasarana serta kesempatan untuk belajar dan mengembangkan potensi dirinya.
Prinsip 4: Perkembangan Mengikuti Pola Tertentu yang dapat Diramalkan
Perubahan akibat perkembangan yang terjadi pada seseorang mengikuti pola urut tertentu yang sama, walaupun kecepatan masing-masing individu berbeda-beda. Perkembangan fisik dan psikis bayi, misalnya, mengikuti hukum arah perkembangan yang menyebar ke luar dari titik poros sentral tubuh ke anggota-anggota tubuh (proxomodistal), serta menyebar ke seluruh tubuh, dari kepala ke kaki (cephalucaudal). Demikian juga, pada perkembangan pola anak belajar berjalan. Sebelumnya, anak mampu duduk lebih dahulu, berdiri, baru dapat berjalan, dan kemudian berlari. Urutan pola ini tetap pada setiap anak, hanya berbeda dalam kecepatan atau tempo yang dibutuhkan setiap anak untuk dapat berjalan.
Berkenaan dengan pola tertentu dalam perkembangan dikenal hukum tempo dan irama perkembangan. Tempo perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan seseorang untuk mengembangkan aspek tertentu pada dirinya. Ada yang membutuhkan waktu yang cepat atau sebentar, sedang, atau lambat dalam belajar atau mengembangkan kemampuan aspek tertentu. Irama perkembangan adalah ritme atau naik turunnya gejala yang tampak akibat perkekembangan aspek tertentu.
Pada saat perkembangan tertentu anak tampak tenang atau goncang/gelisah. Pada periode perkembangan sekurangnya ada dua periode di mana anak mengalami kegon-cangan atau pancaroba. Pertama, pada masa krisis/menentang pertama (2-3 tahun) di mana kemauan/kehendak anak mulai berkembang dan ingin mandiri sehingga menentang ketergantungan dirinya pada orang tua atau orang lain. Kedua, pada masa krisis/ menentang kedua (14-17 tahun) anak ingin melepaskan diri dari orang tua/orang dewasa dan mencari sampai menemukan jati dirinya sebagai manusia dewasa yang mempunyai karakteristik tertentu.
Prinsip 5: Pola Perkembangan Memiliki Karakteristik Tertentu
Pola perkembangan, selain mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, juga terdapat pola-pola perkembangan karakteristik tertentu. Perkembangan bergerak dari tanggapan/persepsi yang umum menuju yang lebih khusus. Pada awal anak belajar atau berinteraksi dengan lingkungan, anak mendapat tanggapan secara umum, baru kemudian secara bertahap tanggapan/pessepsi anak semakin khusus dan terperinci.
Perkembangan pun berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini berarti, perkembangan aspek sebelumnya akan mempengaruhi perkembangan selanjutnya. Demikian pula ada korelasi atau hubungan dalam perkembangan, artinya pada waktu perkembangan fisik berlangsung dengan cepat, maka terjadi pula perkembangan aspek-aspek lainnya, seperti perkembangan ingatan, penalaran, emosi, sosial, dll.
Kondisi yang mempengaruhi pola perkembangan ada yang bersifat permanen/ tetap seperti sebelum dan saat kelahiran (cacat, memiliki bakat tertentu), tetapi ada pula yang bersifat temporer seperti kondisi lingkungan (sakit, interaksi dengan anggota keluarga dan teman, kondisi sosial budaya, dll).
Prinsip 6: Terdapat Perbedaan Individu dalam Perkembangan
Dalam perkembangan seseorang, selain terdapat pola-pola umum yang sama dan dapat diramalkan, terdapat pula perbedaan pada hal-hal yang khusus. Adanya perbedaan individu dalam perkembangan disebabkan setiap anak adalah individu yang unik, yang satu sama lain berbeda, kendati anak kembar. Perbedaan individu itu disebabkan oleh faktor internal seperti sex atau jenis kelamin, faktor keturunan atau heriditer, juga faktor eksternal seperti faktor gizi, pengaruh sosial budaya, dll. Perbedaan perkembangan juga terjadi antara lain dalam kecepatan dan cara berkembang.
Dengan mengetahui adanya perbedaan individu, maka kita tidak dapat berharap semua anak pada usia tertentu akan memiliki kemampuan perkembangan yang sama. Dan karenanya, kita tidak dapat memperlakukan semua anak dengan cara yang sama. Pendidikan anak harus bersifat perseorangan. Maksudnya, pendidikan dirancang dan dilaksanakan dengan memperhatikan perbedaan, kondisi, bakat dan kemampuan serta kelemahan setiap individu anak. Dengan pendidikan dan perlakuan yang demikian, diharapkan setiap anak dapat berkembang optimal sesuai dengan potensi dirinya.
Prinsip 7: Setiap Periode Perkembangan Memiliki Karakteristik Khusus
Setiap anak/peserta didik memang merupakan individu yang berbeda, yang harus diperlakukan berbeda secara individual. Namun demikian, pada perkembangan secara keseluruhan dan juga pada periode atau tahapan perkembangan dalam kehidupan seseorang, terdapat pola-pola umum. Dengan memperhatikan karakteristik khusus pada setiap periode atau tahapan perkembangan, maka diharapkan kita mendapat gambaran mengenai apa yang akan terjadi sehingga dapat menyikapinya dengan tepat dan membantu perkembangan anak secara optimal.
Para ahli mengemukakan berbagai macam pembagian periode atau tahap perkembangan yang berbeda-beda. Salah satu pembagian periode perkembangan yang dikemukakan oleh Hurlock adalah periode pralahir, periode bayi, periode anak (awal dan akhir), periode remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (dewasa dini, usia madya, dan usia lanjut).
Peralihan periode perkembangan sebelumnya ke periode berikutnya ditandai oleh gejala keseimbangan dan ketidakseimbangan yang terjadi pada setiap individu. Apabila individu telah mampu mengadakan penyesuaian dirinya dengan perkembangan yang terjadi, maka terbangunlah suatu keseimbangan (equilibrium). Selanjutnya, individu berupaya melepaskan diri dari ketergantungannya dengan lingkungan atau keadaan sebelumnya untuk mencari sesuatu yang lebih baru sehingga terjadi keadaan ketidakseimbangan (disequilibrium). Hal ini terjadi secara berkelanjutan dalam perkembangan kehidupan seseorang.
Prinsip 8: Terdapat Harapan Sosial pada Setiap Periode Perkembangan
Pada setiap periode perkembangan juga terdapat harapan sosial, yang oleh Havighurst disebut tugas perkembangan (development task). Mengingat pentingnya peran tugas perkembangan pada setiap periode perkembangan, maka akan dibahas secara tersendiri khususnya tugas perkembangan pada periode anak usia SD/MI (6-12 tahun).
Seseorang dianggap berperilaku normal apabila mampu melakukan tugas perkembangan sesuai dengan tuntutan sosial pada periode tertentu dengan menunjukkan pola perilaku yang umum, dan perilaku bermasalah apabila individu tidak berhasil memenuhi tugas perkembangan atau mengalami kesulitan dalam mengadakan pernyesuaian perilaku, sesuai dengan tuntuan sosial dan pola perilaku yang muncul pada periode tertentu. Perilaku bermasalah pada periode perkembangan terjadi karena adanya keterlambatan ataupun percepatan perkembangan aspek tertentu pada diri seseorang dibandingkan dengan gejala perkembangan aspek tertentu pada umumnya, dan individu tersebut mengalami kesulitan penyesuaian dengan teman-teman seusianya.
Peserta didik yang mengalami keberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya akan mengalami rasa bahagia. Sebaliknya, peserta didik yang menga-lami kegagalan atau kekurangberhasilan dalam menyelesaikan tugas perkembangannya, akan merasa kurang bahagia sehingga dapat menghambat perkembangan selanjutnya.
Prinsip 9: Setiap Perkembangan Mengandung Bahaya Potensial/Resiko
Bahaya potensial atau resiko yang terjadi karena peralihan antarperiode perkembangan, yakni dari periode perkembangan sebelumnya ke periode perkembangan selanjutnya, terjadi keadaan ketidakseimbangan dan adanya tuntutan sosial terhadap peserta didik yang sedang berkembang. Bahaya potensial tersebut dapat berasal dari dalam individu, baik secara fisik maupun psikis, juga dapat distimulasi dari luar sehubungan dengan masalah-masalah penyesuaian akibat keadaan ketidakseimbangan dan tuntuan sosial untuk menyelesaikan tugas perkembangan itu.
Dengan menyadari adanya bahaya potensial atau resiko pada setiap periode perkembangan, kita perlu bersikap bijaksana dalam menghadapi gejolak perilaku peserta didik. Hal ini akan dapat mencegah atau meminimalkan dampak negatif akibat perkembangan setiap periode pada diri mereka.
Prinsip 10: Kebahagiaan Bervariasi pada Berbagai Periode Perkembangan
Kebahagian dalam perkembangan sangat bervariasi karena sifatnya subjektif. Rasa kebahagiaan itu dipersepsi dan dirasakan setiap orang dengan cara yang sangat bervariasi. Akan tetapi,banyak orang berpendapat bahwa masa anak merupakan periode yang membahagiakan dibandingkan dengan periode-periode lainnya.
Kebahagiaan pada masa kecil memegang peranan penting dalam perkembangan seseorang karena menjadi modal dasar bagi kesuksesan perkembangan dan kehidupan selanjutnya. Anak yang bahagia tercermin pada sosok dan perilakunya. Biasanya mereka sehat dan energik. Oleh karena itu, pada masa perkembangan, guru maupun orang tua perlu membekali anak dengan motivasi yang kuat, menyalurkan energi anak pada kegiatan-kegiatan bermanfaat, melatih mereka menghadapi dan menerima keadaan ketidakseimbangan dan situasi sulit dengan lebih tenang dan tidak panik, serta mendorong mereka untuk membina hubungan sosial secara sehat.
Berdasarkan hasil penelitian, kebahagaian seseorang dipengaruhi oleh penerimaan (acceptance) dan kasih sayang (affection) dari orang-orang di sekitarnya, serta prestasi (achievement) yang dicapai oleh seseorang dalam kehidupannya.
Latihan
Saudara, demikianlah sajian tentang prinsip-prinsip perkembangan. Selanjutnya, untuk memantapkan pemahaman Saudara atas materi tersebut, kerjaknlah latihan di bawah ini.
1.
Berikan contoh bahwa pemahaman tentang prinsip-prinsip perkembangan dapat membantu perkembangan anak yang menjadi peserta didik Anda!
2.
Tuliskan dan jelaskan secara singkat sekurangnya lima prinsip perkembangan!
Sudah selesai? Baik, silakan bandingkan jawaban Anda dengan rambu-rambu jawaban latihan berikut.
1.
Dengan mengetahui bahwa perkembangan tiap individu berbeda, guru, misalnya, dapat menghadapi peserta didik secara bijak. Peserta didik tidak dapat dihadapi dengan cara yang sama secara klasikal. Masing-masing mereka memang unik. Oleh karena itu, guru perlu memahami alasan setiap anak berbuat/melakukan sesuatu secara berbeda dengan hasil yang tidak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Pemehaman guru ini akan dapat membantu anak untuk berkembang secara optimal.
2.
Anda dapat memilih untuk menjelaskan lima dari sepuluh prinsip-prinsip perkembangan. .Untuk mencocokan kebenaran jawaban, Anda dapat melihat kembali penjelasan pada uraian mengenai prinsip perkembangan.
Rangkuman
Tes Formatif 2
Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada tes formatif berikut dengan singkat, jelas, benar, dan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
1.
Perubahan seperti apa yang diakibatkan oleh perkembangan?
2.
Jelaskan dengan contoh pengaruh kematangan dan belajar dalam proses perkembang-an seseorang!
3.
Apa yang dimaksud dengan hukum tempo dan irama perkembangan?
4.
Apa yang dimaksud dengan: setiap perkembangan mengandung bahaya potensial?
5.
Jelaskan tiga faktor yang mempengaruhi kebahagiaan pada perkembangan seseorang!
Pemahaman perkembangan peserta didik hendaknya bertolak dari prinsip-prinsip perkembangan itu sendiri. Hurlock mengungkapkan 10 prinsip perkembangan yang mencakup: (1) perkembangan melibatkan perubahan, (2) perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya, (3) perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, (4) perkembangan mengikuti pola tertentu yang dapat diramalkan, (5) pola perkembangan memiliki karakteristik tertentu, (6) perkembang-an antarindividu terdapat perbedaan, (7) setiap periode perkembangan memiliki karakteristik khusus, (8) terdapat harapan sosial pada setiap periode perkembangan, (9) setiap perkembangan mengandung bahaya potensial/resiko, serta (10) kebahagiaan bervariasi pada berbagai periode perkembangan
Setiap periode perkembangan anak memiliki karakteristik yang relatif berbeda-beda. Periode perkembangan anak awal ditandai dengan ciri-ciri: sulit diatur dan sering menimbulkan masalah, mulai dititipkan di TPA, masuk KB dan TK, selalu ingin tahu, suka meniru tingkah laku tokoh/orang lain, dan suka bermain. Masa perkembangan anak akhir ditandai dengan karakteristik: sulit diatur, mudah bertengkar, semaunya, mulai bersekolah di sekolah dasar, suka berkelompok, dan bersikap kritis terutama untuk berprestasi di sekolah. Sementara pada fase perkembangan puber, abak biasanya memiliki ciri: sebagai anak besar karena tumpang tindih antara periode anak akhir dan puber/awal remaja, suka menyendiri karena perbuahan fisik yang dialaminya, serta emosi tidak stabil, sering berubah-ubah, dan meledak tanpa alasan yang jelas.
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang ada pada bagian akhir unit ini. Hitunglah ketepatan jawaban tersebut dengan cara memberi skor masing-masing soal dengan rentangan 0-10. Kemudian gunakan rumus berikut ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam mempelajari subunit ini.
Rumus:
Jumlah skor kelima jawaban
Tingkat penguasaan: ------------------------------------------- x 100 %
50
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan dengan kegiatan pembelajaran di subunit berikutnya. Jika masih di bawah 80%, Anda sebaiknya mengulangi kembali mempelajarinya terutama bagian yang belum dikuasai.
Subunit 3
Karakteristik Perkembangan Peserta Didik Usia Sd/Mi
eperti telah dikemukakan pada subunit sebelumnya, perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupan dibagi menjadi beberapa periode atau tahapan. Para ahli membagi periode perkembangan berbeda-beda, sesuai dengan sudut pandangnya. Pada pembahasan subunit ini dikemukakan pembagian periode perkembangan menurut Hurlock yang membaginya kedalam lima periode perkembangan yang utama> kelima periode itu mencakup: periode pranatal (janin dalam kandungan), periode bayi, periode anak (awal dan akhir), periode remaja (awal dan akhir), serta periode dewasa (awal/dini, madya, lanjut usia).
Pada subunit berikut ini Anda akan mempelajari mengenai karakteristik perkem-bangan peserta didik usia SD/MI yang berada pada periode atau masa anak akhir dengan rentangan usia 6 – 12 tahun. Akan tetapi, akan tetapi, untuk mengutuhkan wawasan Anda, subunit ini akan dilengkapi pula dengan sajian tentang karakteristik periode sebelumnya yaitu masa anak awal (2 - 6 tahun) dan periode sesudahnya yaitu masa puber (11/12-14/15 tahun). Setelah mempelajari subunit ini, Anda diharapkan mampu mengidentifikasikan karakteristik perkembangan peserta didik usia SD/MI.
Karakteristik Perkembangan Masa Anak Awal (2 - 6 tahun)
Umumnya orang berpendapat bahwa periode masa anak dirasakan sebagai periode yang cukup lama. Peride ini berlangsung dari rentangan waktu 3-5 tahun dan dilanjutkan 6-12 tahun relatif singkat. Tetapi, karena ketidakberdayaan dan ketergantungan pada orang lain dirasakan relatif lama, anak-anak tidak sabar menunggu saat pengakuan dari masyarakat bahwa mereka bukan anak-anak lagi, melainkan sudah menjadi orang dewasa yang memiliki kebebasan untuk melakukan apa pun menurut kehendaknya sendiri.
Masa anak awal berlangsung dari usia 2 – 6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan sosial untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan pola perilaku, minat, dan nilai pada diri anak.
Orang tua sering menyebut masa anak awal sebagai usia sulit dan mengundang masalah. Mengapa? Karena pada masa ini anak sedang dalam proses pengembangan kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel, keras kepala, kadang menentang dan melawan orang tua, atau orang dewasa lainnya. Penyebabnya ialah mulai berkurangnya ketergantungan anak dibandingkan dengan pada masa bayi sebelumnya. Kemauan anak pun mulai berkembang. Pemahaman yang kurang tepat terhadap perubahan perkembangan anak pada masa ini dapat mengakibatkan orang dewasa tidak bersikap yang kurang semestinya. Hal ini akan mempengaruhi proses peletakan dasar pembentukan kepribadian yang dapat menimbulkan masalah di kemudian hari.
Selain sebutan usia sulit dan bermasalah, orang tua juga menganggap masa anak awal sebagai usia bermain karena sebagian besar waktu anak digunakan untuk bermain. Sementara itu, para pendidik menyebut masa anak awal sebagai usia prasekolah, di mana anak mulai dititipkan pada tempat penitipan anak (TPA). Kemudian mereka memasuki kelompok bermain (KB). Terakhir, mereka memasuki Taman Kanak-kanak (TK) yang menekankan pada kegiatan bermain dalam pendidikan dan pembelajarannya untuk membantu perkembangan mereka melalui belajar sambil bermain (learning by playing). Pada masa prasekolah ini, anak dipersiapkan untuk mengikuti kegiatan yang akan diselenggarakan di sekolah formal (SD).
Para psikolog perkembangan anak menyebut masa anak awal sebagai usia kelompok. Mengapa? Karena anak mulai belajar dasar-dasar perilaku melalui interaksi dengan anggota keluarga dan kelompok bermainnya. Selain itu juga, para psikolog menyebut anak pada masa ini sebagai usia menjelajah dan usia bertanya. Hal ini dikarenakan anak sudah mampu berjalan sehingga dapat menjelajah dan ingin tahu sehingga selalu bertanya mengenai segala hal yang ditemui di lingkungan kehidupan sekitarnya. Masa ini disebut juga usia meniru karena anak senang belajar dengan cara meniru, terutama menirukan pembicaraan dan tindakan orang lain. Ada pula yang menyebut masa ini sebagai usia kreatif. Pada periode ini anak memiliki kecenderungan kuat untuk menunjukkan kreativitas mereka terutama dalam bermain dibandingkan dengan masa lain dalam kehidupannya.
Pada masa ini perkembangan fisik dan motorik anak sangat pesat. Demikian juga kemampuan berbicaranya. Anak mulai tertarik pada diri sendiri (egosentris). Emosi yang umum pada masa anak awal adalah marah, takut, cemburu, ingin tahu, gembira, sedih, dan kasih sayang. Sosialisasi pada masa anak awal terjadi melalui interaksi dengan orang-orang di sekitar anak, yaitu anggota keluarga dan teman bermain. Anak juga mulai belajar perilaku moral (baik – buruk) melalui respon menyenangkan atau tidak menyenangkan dari orang tua atau orang dewasa lainnya. Disiplin mulai dapat diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara tertib. Sikap orang tua dan teman-teman berpengaruh dalam pembentukan konsep diri yang menjadi dasar dan inti perkembangan kerpribadian anak selanjutnya.
Bahaya potensial atau resiko pada masa anak awal dikelompokan atas bahaya fisiologis dan bahaya psikologis. Bahaya fisiologis antara lain penyakit, kecelakaan, kegemukan, atau kekurusan. Bahaya psikologis antara lain kesulitan berbicara, keadaan dan gangguan emosi, kesulitan dalam sosialisasi melalui kegiatan bermain, serta kebiasaan, disiplin, dan konsep diri yang kurang positif. Kebahagiaan anak pada masa ini antara lain dipengaruhi oleh kondisi kesehatan yang baik, pengakuan orang lain akan perilaku kekanakannya, bebas mengungkapkan ekspresi emosi, harapan sosial yang realistis, kesempatan untuk melakukan eksplorasi, suasana gembira, serta dukungan keluraga.
Karakteristik Perkembangan Masa Anak Akhir (6-12 tahun)
Permulaan awal masa anak akhir ditandai dengan masuknya anak ke sekolah formal di SD kelas satu. Masuk SD kelas 1 merupakan peristiwa penting bagi kehidupan setiap anak, sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap dan perilakunya. Sementara anak menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan sosial di sekolah, kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang (disequilibrium).
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan orang tua, pendidik, maupun psikolog perkembangan anak.
Orang tua menyebut masa anak akhir sebagai usia yang menyulitkan karena anak pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman sebaya daripada oleh orang tuanya sehingga sulit bahkan tidak mau lagi menuruti perintah orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda miliknya, sehingga orang tua menyebutnya usia tidak rapi. Anak tidak terlalu memperdulikan penampilannya. Mereka cenderung ceroboh, semaunya, dan tidak rapi dalam memelihara kamar dan barang-barangnya. Pada masa ini, anak juga sering kelihatan saling mengejek dan bertengkar dengan saudara-saudaranya sehingga orang tua menyebutnya sebagai usia bertengkar.
Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam kehidupannya kelak. Para pendidik juga memandang periode ini sebagai usia kritis dalam dorongan berprestasi. Dorongan berprestasi membentuk kebiasaan pada anak untuk mencapai sukses ini cenderung menetap hingga dewasa. Apabila anak mengembangkan kebiasaan untuk belajar atau bekerja sesuai, di bawah, atau di atas kemampuannya, maka kebiasaan ini akan menetap dan cenderung mengenai semua bidang kehidupan anak, baik dalam bidang akademik maupun bidang lainnya.
Psikolog perkembangan anak memberi sebutan anak pada masa ini sebagai usia berkelompok. Pada usia ini perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman sebaya sebagai anggota kelompoknya. Oleh karena itu, anak ingin dan berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang disepakati dan berlaku dalam kelompok sehingga masa anak ini disebut juga usia penyesuaian diri. Anak berusaha menyesuaikan diri dengan standar yang berlaku dalam kelompok, misalnya dalam berbicara, penampilan dan berpakaian, dan berperilaku.
Periode ini juga disebut usia kreatif sebagai kelanjutan dan penyempurnaan perilaku kreatif yang mulai terbentuk pada masa anak awal. Kecenderungan kreatif ini perlu mendapat bimbingan dan dukungan dari guru maupun orang tua sehingga bekembang menjadi tindakan kreatif yang positif dan orisinal, tidak negatif dan sekedar meniru tindakan kreatif orang atau anak yang lain. Selain itu, periode ini disebut juga dengan usia bermain, karena minat dan kegiatan bermain anak semakin meluas dengan lingkungan yang lebih bervariasi. Mereka bermain tidak lagi hanya di lingkungan keluarga dan teman di sekitar rumah saja, tapi meluas dengan lingkungan dan teman-teman di sekolah.
Secara singkat, perkembangan pada masa anak akhir meliputi perkembangan berbagai aspek baik fisik maupun psikis (berbicara, emosi, sosial, dll). Pertumbuhan fisik pada periode anak akhir berjalan lambat dan relatif seragam. Bentuk tubuh mempengaruhi tinggi dan berat badan anak, yang dipengaruhi oleh faktor genetik, kesehatan dan gizi, serta perbedaan seks atau jenis kelamin. Keterampilan motorik seperti pilihan penggunaan tangan (kanan atau kidal) dan keterampilan bermain (melempar dan menangkap bola, naik sepeda, bermain sepatu roda, berenang, dll) mempengaruhi perkembangan sosial, emosional, dan konsep diri anak. Kemampuan anak usia SD untuk dapat menolong dirinya sendiri (makan dan mandi sendiri, membereskan tempat tidur dan buku sendiri) dan orang ;ain, baik di rumah maupun di sekolah, perlu untuk mulai dikembangkan.
Perkembangan bahasa terutama berbicara dan penguasaan kosa kata mengalami peningkatan yang pesat. Sejalan dengan perkembangan bahasa, terjadi pula kemajuan dalam pengertian. Dengan demikian, pada periode ini mulai dikembangkan keterampilan dan kemampuan bersekolah (skolastik) seperti kemampuan dalam membaca menulis dan menghitung, serta pengetahuan dan keterampilan hidup yang diperlukan sesuai dengan usia dan lingkungan anak SD.
Perkembangan sosial mulai meluas dari lingkungan sosial di sekitar rumah manjadi lingkungan dan teman-teman di sekolah. Kelompok anak usia sekolah biasanya merupakan kelompok bermain yang terdiri atas anggota dari jenis kelamin yang sama, serta ada aturan dan pemimpinnya yang mempunyai keunggulan dibandingkan anggota kelompok lainnya. Selain teman bermain, pada akhir masa anak SD ini pemilihan teman bukan sekedar teman bermain, tetapi juga menjadi teman baik/akrab atau sahabat yang dikarenakan adanya kemiripan dan kesesuaian minat dan sifat dengan dirinya. Status sosial anak yang diperoleh dari sosiometri mengenai kedudukan anak dalam kelompoknya dapat dimanfaatkan untuk pembentukan kelompok belajar atau kerja kelompok sehingga dapat mendorong anak untuk berprestasi. Perkembangan moral untuk berperilaku baik atau buruk tidak hanya berdasarkan respon senang atau tidak senang dari orang lain. Melainkan, mulai berkembang konsep-konsep moral yang umum dan berkembangnya suara hati yang mulai mengendalikan perilakunya. Anak mulai mencari konsep diri ideal dengan cara mengagumi tokoh-tokoh yang memiliki sifat keunggulan yang dibanggakan sebagai gambaran jatidiri yang ikut menentukan perilakunya.
Anak pada usia SD senang bermain dalam kelompoknya dengan melakukan permainan yang konstruktif dan olahraga. Mereka senang permainan olahraga, menjelajah daerah-daerah baru, mengumpulkan benda-benda tertentu, menikmati hiburan seperti membaca buku atau komik, menonton film dan televisi, juga melamun pada anak yang kesepian dan sedikit mempunyai teman bermain.
Minat dan kegiatan bermain anak yang memposisikan kedudukan anak dan penerimaan serta pengakuan dari teman-teman sebaya, ikut berperan dalam menciptakan kebahagian anak pada periode anak akhir. Namun demikian, pada periode perkembangan ini pun terdapat bahaya potensial, baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Bahaya fisiologis antara lain penyakit, bentuk tubuh yang tidak sesuai, kecelakaan, ketidakmampuan fisik, kecanggungan penampilan; sedangkan bahaya psikologis antara lain masalah penyesuaian sosial karena kurangnya dukungan dan pengakuan dari orang lain dan teman sebaya. Kegiatan dan kepuasan berprestasi di sekolah baik secara akade-mik maupun nonakademik dapat menjadi sumber kepuasan dan kebahagiaan pada anak
Karakteristik Perkembangan pada Masa Puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri kematangan seksual semakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja.
Pada masa puber yang waktunya relatif singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak aman pada anak puber. Dampak lebih lanjut, anak mengambil sikap ”anti” terhadap kehidupan, dan mengalami kehilangan sifat-sifat baik sebelumnya yang terjadi pada masa anak. Tak heran jika ada yang menyebut masa ini sebagai fase negatif.
Perubahan fisik/tubuh anak puber yang sangat pesat berkenaan dengan perubahan ukuran tubuh (tinggi dan berat badan), proporsi tubuh (perbandingan bagian-bagian tubuh), dan ciri-ciri seks primer (organ-organ reproduksi), dan ciri-ciri seks sekunder (rambut, otot, suara, payudara, dll). Perubahan fisik yang cepat dan mencolok ini mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku anak puber. Karakteristik puber antara lain: sikap menarik diri dan menyendiri; merasa bosan melakukan kegiatan permainan pada masa anak; inkoordinasi gerakan yang mengakibatkan kecanggungan; antagonisme sosial yang membuat anak sulit bekerjasama dan sering membantah atau menentang; emosi meninggi sehingga puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, kurang percaya diri; dan ada juga yang cenderung berpenampilan sangat sederhana dan bersahaja. Perubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan dan konsep diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya.
Selain karakteristik sikap puber yang umum, ada juga sikap karakteristik puber yang dapat menimbulkan masalah. Hal ini dikarenakan anak puber mengalami matang lebih awal atau terlambat. Matang lebih awal kurang menguntungkan bagi anak perempuan daripada anak laki-laki. Anak perempuan yang matang lebih awal menjadi salah tingkah dan berperilaku lebih dewasa sehingga sikapnya menjadi genit dibanding-kan dengan anak seusianya. Sebaliknya, anak laki yang matang terlambat sering merasa ketakutan tidak akan pernah menjadi dewasa.
Sebaiknya orang dewasa mempersiapkan anak pada masa anak akhir untuk memasuki masa puber dengan menjadi teman bagi anaknya dan memberikan informasi mengenai perubahan fisik dan psikis yang akan terjadi pada masa puber. Anak puber perlu didampingi agar dapat menerima tubuhnya yang berubah sangat pesat. Demikian juga, orang dewasa perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menarik diri, emosional, perilaku negatif dll, serta membantunya agar anak dapat menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang/masyarakat di sekitarnya.
Latihan
Saudara, selesailah sudah kajian kita tentang karakteristik perkembangan pada periode anak awal, anak akhir dan puber. Selanjutnya, mantapkanlah pemahaman Anda dengan mengerjakan latihan berikut ini. .
1.
Sebagai guru SD/MI, mengapa Anda perlu mempelajari karakteristik perkembangan anak pada periode anak awal, anak akhir dan puber?
2.
Identifikasikan dan jelaskan secara singkat sekurangnya tiga karakteristik perkem-bangan anak pada periode anak awal, anak akhir, dan puber!
Sudah selesai? Bagus, mari bandingkan jawaban Anda dengan rambu jawaban latihan di bawah ini.
1.
Meskipun anak usia SD berada pada periode anak akhir dengan rentang usia 6 - 12 tahun, sebagai guru SD perlu mempelajari karakteristik perkembangan pada periode anak awal, anak akhir dan puber. Mengapa? Karena ada kemungkinan anak usia SD mengalami kelambatan atau kecepatan dalam perkembangan mereka.
2.
a. Karakteristik anak pada periode anak awal:
Anak sulit diatur dan sering menimbulkan masalah (sulit diatur, bandel, keras kepala, kadang menentang dan melawan orang tua).
Anak prasekolah karena sudah mulai dititipkan di TPA, masuk KB dan TK.
Anak suka bertanya karena anak ingin tahu segala yang ditemui/dialaminya.
b. Karakteristik anak pada periode anak akhir:
Anak menyulitkan, sering tidak rapi dan suka bertengkar.
Anak SD karena bersekolah di sekolah dasar
Anak suka berkelompok, terutama dalam kegiatan bermain
c. Karakteristik anak pada periode puber:
Anak disebut anak besar atau puber/remaja karena periode ini tumpang tindih antara periode anak akhir dan puber/awal remaja.
Anak suka menyendiri, karena perbuahan fisik membuatnya menarik diri.
Anak emosional karena emosinya sering berubah-ubah dan meledak tanpa alasan yang relevan dan cukup berarti.
Rangkuman
Tes Formatif 3
Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada tes formatif berikut dengan singkat, jelas, benar, dan dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baku.
1. Anak awal disebut juga anak pra-sekolah karena .........................................................................................................................................................................................................
2. Anak awal suka menentang karena ...........................................................................................................................................................................................................................
3. Anak selalu ingin bertanya karena .................................................................................................................................................................................................................................
4. Fungsi Taman Kanak-kanak antara lain ..............................................................................................................................................................................................................
5. Egosentris artinya ..................................................................................................................................................................................................................................................
6. Kemampuan/keterampilan skolastik artinya ...........................................................................................................................................................................................................
7. Anak SD senang bermain dalam kelompok karena ...................................................................................................................................................................................................
8. Permainan yang disukai anak SD antara lain ..................................................................,....................................................................,dan...........................................................
9. Dampak perubahan fisik yang cepat terhadap perilaku anak puber antara lain .......................................................................................................................................................
10. Cara mempersiapkan anak memasuki masa puber antara lain dengan cara ............................................................................................................................................................
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 3 yang terdapat pada bagian akhir unit ini. Masing-masing nomer jawaban benar mendapat skor dengan rentangan 0-10, tergantung ketepatan jawabannya. Jumlahkan skor jawaban tiap nomer, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam menguasai subunit ini.
Rumus:
Jumlah skor jawaban yang benar
Tingkat penguasaan: ------------------------------------------- x 100 %
100
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil dengan baik. Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit berikutnya. Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya bagian yang belum Anda kuasai.
Subunit 4
Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia Sd/Mi
ebagai guru, pemahaman tentang perkembangan peserta didik dan tugas-tugas perkembangan anak SD/MI akan membantu Anda untuk dapat bersikap dan bertindak bijaksana. Lalu, apakah yang dimaksud dengan tugas perkembangan atau development tasks? Apa manfaatnya mempelajari tugas perkembangan? Faktor apa saja yang mempengaruhi tugas perkembangan? Tugas-tugas apa saja yang harus dikuasai peserta didik usia SD/MI? Jawabannya dapat Anda temukan pada subunit 4 berikut ini, yang akan membahas pengertian, manfaat, faktor, dan tugas-tugas perkembangan anak usia SD/MI.
Pengertian, Tujuan, dan Faktor yang Mempengaruhi Tugas Perkembangan
Tugas perkembangan atau development tasks menurut Havighurst (Rifai, 1984) adalah ”tugas-tugas yang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya agar supaya individu tersebut menjadi berbahagia”. Memang ada tugas perkembangan tertentu yang dapat dan harus dipelajari dalam waktu khusus pada periode perkembangan tertentu, tetapi ada juga yang perlu dipelajari dalam waktu yang tidak terbatas. Misalnya, belajar berjalan dipelajari pada tugas perkembangan periode kanak-kanak awal, sedangkan kemampuan bersosialisasi perlu dipelajari sepanjang rentang kehidupan seseorang.
Havighurst (Hurlock, 1991) juga membagi tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan atas tugas-tugas perkembangan pada masa bayi dan awal masa kanak-kanak, akhir masa kanak-kanak, masa remaja, awal masa dewasa, masa usia pertengahan, dan masa tua. Pada setiap periode terdapat tugas-tugas perkembangan yang berbeda-beda, tetapi berkelanjutan. Seseorang yang tidak dapat menyelesaikan tugas perkembangan pada tahap tertentu tidak akan mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Demikian juga, seseorang akan menghadapi persoalan apabila mengalami kelambatan ataupun kecepatan dalam menyelesaikan tugas perkembangan sesuai periodenya.
Menurut Hurlock (1990), tujuan mempelajari tugas perkembangan ialah: (1) mendapatkan petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada periode usia-usia tertentu; (2) memberikan motivasi kepada individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok sosial pada usia tertentu sepanjang kehidupannya; serta (3) menunjukkan kepada individu tentang apa yang akan dihadapi dan tindakan apa yang diharapkan kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya.
Tugas perkembangan pada setiap periode perkembangan manusia dipengaruhi oleh tiga faktor berikut.
1.
Faktor tuntutan kebudayaan dalam bentuk kekuatan-kekuatan, norma hidup, harapan-harapan dalam bentuk cita-cita, nilai-nilai ideal, dll dalam kehidupan individu yang sedang berkembang. Tuntutan kebudayaan ini mengakibatkan orang yang sedang dalam proses perkembangan harus melakukan sesuatu untuk memenuhinya agar dapat diterima dalam kelompok masyarakat budaya tersebut. Misalnya, masyarakat di kota besar mulai menyekolahkan anaknya ketika berusia tiga atau empat tahun di Kelompok Bermain ataupun Taman Kanak-kanak. Jika anak berusia lima tahun belum bersekolah akan berdampak pada diri anak. Anak merasakan ada sesuatu yang kurang lengkap, anak merasa kurang bahagia, dan akan mengalami kesulitan belajar di SD kelas 1. Keadaan ini menuntut orang tua untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih awal.
2.
Kematangan fisik turut menentukan dalam munculnya tugas-tugas perkembangan pada periode usia-usia tertentu, di samping kondisi kesehatan dan kecacatan. Misalnya keterampilan bermain dalam kelompok pada anak SD kelas 3 sangat tergantung pada kondisi kesehatan fisik dan kematangan sosial. Anak yang cacat anggota tubuhnya (kaki atau tangan) akan mengalami kesulitan ketika melakukan kegiatan bermain, yang selanjutnya berdampak pada perkembangan sosialnya.
3.
Kepribadian seseorang antara lain intelegensi, minat, sikap, kecenderungan sosial emosional, sifat dan karakter, dll. Misalnya seorang anak akan berprestasi dalam bidang akademik di SD/MI, kalau ia mempunyai kemampuan akademik yang baik, sifat tekun dan rajin belajar, dan motivasi untuk mencapai prestasi.
Tugas Perkembangan Peserta Didik Usia SD/MI
Seperti telah dikemukakan pada subunit sebelumnya, peserta didik usia SD/MI berada pada periode anak sekolah (6-12 tahun) yang memiliki karakteristik perkembang-an tertentu sesuai dengan sebutan (label) yang diberikan oleh orang tua, pendidik, maupun psikolog. Karakteristik perkembangan pada periode anak sekolah tersebut, menurut Rifai (1977), pada intinya memiliki tiga ciri pokok yaitu: (1) dorongan untuk ke luar dari rumah dan masuk ke dalam kelompok anak-anak sebaya; (2) dorongan yang bersifat kejasmaniaan untuk memasuki dunia permainan anak yang menuntut keterampilan tertentu; serta (3) dorongan untuk memasuki dunia orang dewasa yaitu dunia konsep-konsep logika, simbol dan komunikasi, serta kegiatan mental lainnya.
Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan formal merupakan sarana yang disiapkan masyarakat untuk membantu anak melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan pada periode masa anak akhir (6-12 tahun). Oleh karena itu, sekolah dasar tidak hanya memfasilitasi anak untuk mempelajari kemampuan dasar membaca, menulis, dan menghitung (calistung) tetapi juga memfasilitasi anak agar dapat menyelesaikan tugas-tugas perkembangan lainnya. Misalnya, guru mengajarkan cara-cara yang dapat digunakan dalam pergaulan sehari-hari yang berhubungan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat sekitarnya.
Tugas-tugas perkembangan sepanjang rentang kehidupan menurut Havighurst pada masa anak akhir (Hurlock, 1991 dan Rifai, 1997) dikemukakan dalam uraian berikut.
1.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-pemainan yang umum.Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah mempelajari keterampilan-keterampilan yang bersifat fisik/jasmani untuk dapat melakukan permainan. Keterampilan yang dimaksudkan antara lain keterampilan dalam melempar, menendang, melompat, meloncat, berenang, dan menggunakan alat-alat permainan tertentu. Secara fisik, anak pada usia ini mengalami kematangan tulang, otot, dan urat syaraf yang memungkinkan anak siap untuk melakukan koordinasi gerak fisik. Selain itu, secara psikis khususnya aspek sosial, anak mulai mempunyai teman kelompok sebaya (peer group) yang dapat menghargai apabila anak sebagai anggota kelompok memiliki keterampilan permainan sesuai dengan tuntutan kelompoknya. Sekolah dasar seharusnya dapat memfasilitasi anak laki-laki maupun perempuan usia SD/MI untuk membentuk kelompok permainan bersama.
2.
Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai mahluk yang sedang tumbuh. Hakikat tugas perkembangan ini adalah belajar mengembangkan sikap kebiasaan untuk hidup sehat, dengan cara memelihara badan agar tetap sehat, menjaga kebersihan, keselamatan diri, menghindari penyakit, konsisten memelihara kesehatan, dan mempunyai sikap yang realistis terhadap seks. Pada saat ini, otot anak telah berkembang pesat dan tumbuh gigi tetap. Secara psikologis, anak dihargai atau tidak dihargai oleh teman sebaya dan orang dewasa berdasarkan keterampilan fisik dan penampilan diri. Sekolah dasar dapat membantu anak menyelesaikan tugas perkembangan ini dengan cara menjelaskan dan membiasakan anak untuk hidup sehat dan berpenampilan sesuai dengan
3.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial antara teman sebaya, dan belajar membina persahabatan dengan teman sebaya, termasuk juga bergaul dengan musuhnya. Dengan demikian, anak belajar sosialisasi dalam rangka pembentukan kepribadiannya. Pada saat ini, keadaan fisik yang sehat dan bersih, serta penguasaan keterampilan fisik sangat penting bagi terciptanya hubungan baik di antara teman sebaya. Secara psikologis, anak mulai ke luar dari lingkungan keluarga dan memasuki dunia pergaulan dengan teman sebaya. Melalui pergaulan dengan teman sebaya, banyak hal yang dapat dipelajari anak seperti saling belajar menyesuaikan diri, terbentuknya sikap dan sifat jujur, sopan, sportif, dan toleran, yang akan mewarnai pembentukan kepribadian anak selanjutnya. Sekolah dapat membantu anak menyelesaikan tugas perkembangan ini dengan menggunakan sosiometri untuk mengetahui status dan hubungan sosial anak dengan teman-temannya sehingga dapat memberikan bimbingan maupun kegiatan yang dapat memfasilitasi anak agar mau dan dapat bergaul dengan teman sebaya dan orang-orang di sekitarnya.
4.
Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar dan bertindak sesuai dengan peran seksnya yaitu sebagi anak laki-laki atau anak perempuan. Secara fisik biologis, ada perbedaan anatomi antara anak laki-laki dan perempuan sehingga mengakibatkan masyarakat menuntut agar mereka berperan sesuai dengan jenis kelaminya. Anak perempuan diharapkan mengidentifikasikan diri pada ibunya, sedangkan anak laki-laki mengidentifikasikan diri pada ayahnya. Perbedaan peran sosial pria dan wanita juga dipengaruhi kelas sosial anak. Anak dari kelas sosial menengah ke atas dituntut peran sosial yang berbeda dibandingkan dengan anak dari kelas sosial menengah ke bawah. Sekolah dasar dapat membantu anak dengan memberi informasi dan memperlakukan anak sesuai dengan peran sosial sebagai anak laki-laki atau perempuan yang berlaku di masyarakat di lingkungan anak menjalani kehidupannya.
5.
Mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar mengembangkan tiga keterampilan dasar yaitu membaca, menulis, dan berhitung yang diperlukan untuk hidup di masyarakat. Pada saat ini, secara fisik khususnya urat syaraf keterampilan motorik halus telah memungkinkan anak untuk belajar menulis dan berhitung permulaan. Kemampuan membaca pemahaman berkembang sejalan dengan perkem-bangan kemampuan kognitif anak. Setiap masyarakat mempunyai perbedaan harapan mengenai kemampuan dasar dan tingkat pendidikan bagi anaknya. Masyarakat tingkat sosial ekonomi rendah biasanya kurang memberikan dukungan agar anak-anaknya mencapai pendidikan yang tinggi dibandingkan dengan harapan masyarakat tingkat sosial ekonomi menengah dan atas. Sekolah dasar sangat berperan dalam mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung, juga dalam memotivasi anak untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi.
6.
Mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak harus mempelajari berbagai konsep agar dapat berpikir efektif mengenai permasalahan sosial di sekitar kehidupan anak sehari-hari. Pada saat ini, otak anak sudah berkembang dan matang untuk mempelajari konsep-konsep berdasarkan tahapan perkembangan kognitif anak, serta dapat mengaplikasikan konsep tersebut dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Sekolah dasar melalui pendidikan dan pembelajaran hendaknya dapat menjelaskan konsep-konsep yang diperlukan secara jelas dan benar, sehingga dapat memudahkan anak untuk berkembang dalam kehidupannya.
7.
Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan nilai. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan moral yang bersifat batiniah yaitu hati nurani, serta mengembangkan pemahaman dan sikap moral terhadap peraturan dan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan anak. Anak belajar dan mengembangkan hati nurani dan nilai serta sikap moral (baik – buruk) melalui teladan dari orang tua di keluarga dan guru di sekolah, juga melalui pujian maupun larangan/hukuman terhadap perilaku moral yang dilakukan ataupun diperlihatkan anak, serta melalui pengalaman moral anak dengan teman-temannya.
8.
Mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai hak orang lain. Setiap masyarakat mempuyai sikap sosial sendiri-sendiri. Misalnya, masyarakat Indonesia menyukai sikap
9.
Mencapai kebebasan. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak menjadi individu yang otonom atau bebas, dalam arti dapat membuat rencana untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua atau orang lain. Kebebasan pribadi pada anak dimungkinkan apabila anak menyadari bahwa mereka dapat berbuat lebih baik dari orang tua atau guru mereka. Dengan demikian, mereka pun dapat mulai mengembangkan pengetahuannya secara bebas dan membuat keputusan sendiri tanpa terlalu tergantung pada orang tua, guru, atau orang dewasa lainnya. Keberhasilan melaksanakan tugas-tugas perkembangan sebelumnya seperti mampu bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman sebaya, berkembangnya konsep dan pengetahuan anak, serta berkembangnya hati nurani dan nilai serta sikap moral anak sangat membantu dan berpengaruh terhadap pemilihan keputusan yang diambil. Keluarga, sekolah, dan teman-teman sebaya dapat menjadi ”laboratorium” bagi perkembangan kebebasan anak dalam menentukan pilihan keputusan. Memang dapat terjadi anak salah mengambil keputusan. Oleh karena itu, bimbingan dari orang dewasa tetap diperlukan.
Latihan
Demikian uraian mengenai tugas-tugas perkembangan yang dikemukakan oleh Havighurst, khususnya tugas-tugas perkembangan pada masa anak akhir atau anak usia SD/MI (6-12 tahun). Sudah paham? Selanjutnya, kerjakan latihan berikut ini untuk lebih memantapkan pemahaman Anda.
1.
Apa yang dimaksud dengan tugas-tugas perkembangan (development tasks)?
2.
Apa tujuan dan faktor yang mempengaruhi tugas perkembangan?
3.
Jelaskan secara singkat sekurangnya lima tugas perkembangan pada periode masa anak akhir (peserta didik usia SD/MI)!
Sudah selesai? Silakan bandingkan jawaban Anda dengan rambu jawaban latihan di bawah ini.
1.
Tugas perkembangan atau development tasks menurut Havighurst adalah tugas-tugas yang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya agar individu tersebut menjadi berbahagia.
2.
Tujuan pemahaman tugas perkembangan ialah agar guru dapat membantu dan memberikan motivasi serta menunjukkan apa yang diharapkan kelompok sosial pada peserta didiknya. Faktor yang mempengaruhi tugas perkembangan adalah faktor tuntutan kebudayaan, kematangan fisik, dan kepribadian seseorang.
3.
Tugas perkembangan peserta didik usia SD/MI antara lain:
a.
Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan
b.
Mengembangkan sikap sehat mengenai diri sendiri
c.
Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebaya
d.
Mengembangkan keterampilan dasar membaca, menulis dan berhitung
e.
Mengembangkan pengertian yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Rangkuman
Tes Formatif 4
Jawablah pertanyaan-pertanyaan pada tes formatif berikut dengan cara mencantumkan benar atau salah atas setiap pernyataan beserta penjelasan/alasannya secara singkat.
1.
Tugas perkembangan harus dan wajib diselesaikan oleh setiap anak
2.
Tempo dan irama perkembangan sebenarnya tidak berbeda
3.
Mempelajari tugas perkembangan hanya bermanfaat untuk anak yang masih berkembang
4.
Tugas perkembangan lebih dipengaruhi lingkungan sosial budaya daripada kematangan fisik dan psikis.
5.
Pendidikan multikultural belum perlu dipelajari peserta didik usia SD/MI
6.
Tugas utama peserta didik usia SD/MI adalah belajar ”calistung”
7.
Bagi anak SD, pengetahuan moral lebih penting daripada perilaku sikap moral
8.
Ketidakmampuan secara fisik motorik dapat menghambat sosialisasi anak
9.
Perlu ada perbedaan alat permainan anak laki-laki dan perempuan
10.
Anak SD sulit membangun sikap sehat dan memelihara tubuh karena mereka senang bermain dan termasuk kelompok usia tidak rapi.
Tugas perkembangan atau development tasks menurut Havighurst adalah tugas-tugas yang harus dipecahkan dan diselesaikan oleh setiap individu pada setiap periode perkembangannya agar individu tersebut menjadi berbahagia. Tujuan mempelajari tugas perkembangan ialah memberikan petunjuk, motivasi, dan bantuan bagi peserta didik dalam menyelesaikan tugas perkembangannya. Tugas perkembangan dipengaruhi adalah faktor tuntutan kebudayaan, kematangan fisik, dan kepribadian seseorang.
Umpan Balik Dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 4 yang terdapat pada bagian akhir unit ini. Masing-masing nomer jawaban benar sesuai kunci jawaban mendapat skor 10. Apabila hanya benar dalam menentukan jawaban benar (B) atau salah (S), tetapi alasan/penjelasan tidak tepat hanya mendapat skor 5. Jumlahkan skor benar, kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam menguasai subunit ini.
Rumus:
Jumlah skor jawaban yang benar
Tingkat penguasaan: ----------------------------------------- x 100
100 %
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:
90 – 100 = baik sekali
80 – 89 = baik
70 – 79 = cukup
< 70 = kurang
Jika tingkat penguasaan Anda minimal 80%, maka Anda dinyatakan berhasil dengan baik. Anda dapat melanjutkan untuk mempelajari Unit berikutnya. Sebaliknya, bila tingkat penguasaan Anda kurang dari 80%, silakan pelajari kembali uraian yang terdapat dalam subunit sebelumnya, khususnya bagian yang belum Anda kuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1.
Perkembangan merupakan perubahan pada individu sebagai akibat dari faktor kematangan/pembawaan dan lingkungan. Perkembangan meliputi perubahan secara kuantitatif maupun kualitatif dalam aspek fisik maupun psikis, serta penambahan/ peningkatan dan pengurangan/kemunduran (involusi).
2.
Perkembangan tidak pernah statis (tetap) tetapi selalu dinamis (berubah) karena adanya faktor pembawaan dan lingkungan yang saling mempengaruhi dalam perkembangan seseorang/peserta didik.
3.
Contoh: Jika seorang anak mempunyai bakat menggambar (faktor pembawaan), namun tidak didukung sarana prasarananya oleh orang tua (faktor lingkungan), maka kemampuan menggambarnya tidak akan berkembang seoptimal apabila ia diberi dukungan sarana prasarana oleh orang tua untuk mengembangkan bakatnya.
4.
Learning how to learn merupakan salah satu konsep belajar abad ke-21 yang menekankan bagaimana cara seharusnya seseorang belajar. Learning to know berarti belajar untuk dapat mengetahui berbagai hal yang relevan dengan apa yang dipelajarinya. Learning to do berarti belajar tidak sekedar untuk mendapatkan pengetahuan saja tetapi juga apa yang telah dipelajari harus dapat dilakukan/ diterapkan dalam bentuk keterampilan kerja. Life long learning berarti belajar merupakan suatu proses yang berkelanjutan selama manusia hidup di dunia.
5. Peserta didik sebagai suatu totalitas berarti peserta didik adalah individu sebagai suatu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan, baik secara psikofisik, sebagai mahluk religius-sosial-individual, maupun individu yang memiliki keunikan yang berbeda satu dengan lainnya.
Tes Formatif 2
1.
Perubahan akibat perkembangan secara kuantitatif (perubahan berat/tinggi, proporsi) dan secara kualitatif (fungsi fisik dan psikis) terjadi karena adanya dorongan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
2.
Contoh: Anak seorang penyanyi terkenal yang mempunyai bakat menyanyi apabila sudah tiba kematangan atau masa pekanya untuk menyanyi, akan berkembang kemampuan menyanyinya dengan baik apabila ia belajar menyanyi/vokal dari guru yang kompeten dan diberi kesempatan serta dukungan oleh orang di sekitarnya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada hubungannya dengan menyanyi.
3.
Tempo perkembangan maksudnya waktu yang dibutuhkan seseorang dalam perkembangan aspek-aspek tertentu dalam dirinya. Irama perkembangan maksudnya irama/ritme atau naik turunnya gejala yang tampak sebagai akibat perkembangan aspek tertentu
4.
Setiap perkembangan mempunyai bahaya potensial maksudnya ada resiko yang menyertai perkembangan seseorang yang disebabkan peralihan dari periode perkembangan sebelumnya ke periode selanjutnya berupa ketidakseimbangan. Bahaya potensial tersebut dapat berasal dari dalam individu, baik secara fisik maupun psikis, tetapi juga dapat distimulus dari luar.
5.
Tiga hal yang mempengaruhi kebahagian seseorang dalam perkembangan kehidupannya adalah penerimaan dan kasih sayang dari orang-orang di sekitaranya, serta prestasi yang berhasil diraih dalam hidupnya.
Tes Formatif 3
1. Anak awal disebut juga anak pra-sekolah karena pada usia ini (3-5 tahun) anak sudah mulai sekolah di KB atau TK yang mempersiapkan anak untuk bersekolah di SD.
2. Anak awal kadang menentang sebagai akibat dari berkembangnya kemauan/kehendak anak, serta anak ingin mandiri dan tidak tergantung pada orang tua atau orang dewasa lain
3. Anak selalu ingin bertanya karena anak selalu ingin tahu apa yang ditemui di sekitarnya.
4. Fungsi Taman Kanak-kanak antara lain mempersiapkan anak masuk ke SD
5. Egosentris artinya segala kegiatan dan sikap anak berpusat pada dirinya sendiri
6. Kemampuan/keterampilan skolastik artinya kemampuan atau keterampilan yang diperlukan anak untuk bersekolah
7. Anak SD senang bermain dalam kelompok karena kemampuan sosial anak mulai berkembang, dan bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan.
8. Permainan yang disukai anak SD antara lain: bermain bola, bermain kejar-kejaran, melihat televisi, membaca komik, dll.
9. Dampak perubahan fisik yang cepat terhadap perilaku anak puber antara lain anak menjadi canggung, menarik diri, bersikap negatif, emosional, dll.
10. Cara mempersiapkan anak memasuki masa puber antara lain dengan cara mendampingi dan memberikan informasi tentang perubahan yang akan terjadi pada masa puber.
Tes Formatif 4
1.
Benar. Setiap anak semestinya dapat menyelesaikan tugas perkembangannya agar bahagia/ puas dan mudah melanjutkan perkembangan ke periode berikutnya.
2.
Salah. Tempo perkembangan adalah waktu yang dibutuhkan untuk aspek psikis berkembang, sedang irama perkembangan adalah menggejala tidaknya aspek perkembangan tertentu pada suatu waktu.
3.
Salah. Mempelajari tugas perkembangan bermanfaat untuk setiap orang karena mereka juga masih berkembang walaupun sudah memasuki usia dewasa dan tua.
4.
Salah. Tidak selalu lingkungan sosial budaya lebih berpengaruh daripada kematangan
5.
Salah. Pendidikan multikultural perlu juga agar sejak SD anak juga sudah belajar hidup bersosialisasi dengan baik.
6.
Benar. Belajar calistung menjadi tugas perkembangan anak yang belajar di SD.
7.
Salah. Sikap moral lebih penting daripada sekedar memiliki pengetahuan moral.
8.
Benar. Anak menjadi dapat bermain dengan teman kelompoknya.
9.
Benar. Anak dapat belajar dan terbiasa dengan peran jenisnya.
10.
Benar. Memang sulit, tapi anak tetap perlu dilatih dan dibiasakan hidup rapi dan sehat
Daftar Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-undang Nomor 19 tahun 2003: tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Rifai, M.S.S. 1984. Tugas-tugas Perkembangan dalam rangka Bimbingan Perawatan Anak. Jakarta: Bina Aksara
Semiawan, C. R. 1999. Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Sinolungan, R.E. 1997. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Gunung Agung.
Slameto. 1995. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Sujanto, A. 1984. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Aksara Baru.
Glosarium
Dinamika perkembangan : perubahan dinamis/tidak statis dalam perkembangan
Disequilibrium : ketidakseimbangan karena perubahan perkembangan
Egosentris : berpusat pada diri sendiri
Irama perkembangan : menggejala tidaknya perkembangan aspek tertentu
Kematangan : saat aspek psikis paling baik berkembang
Skolastik : berkaitan dengan sekolah/akademis
Tempo perkembangan : waktu yang dibutuhkan aspek psikofisik berkembang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar