Linda Puspita
Pendahuluan
Pada unit sebelumnya, Anda telah mempelajari pendekatan dan metode pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Pada unit 3 ini, kita akan mempelajari strategi atau teknik pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Kajian materi unit ini dikemas ke dalam dua subunit. Dalam subunit 1 dipaparkan strategi pembelajaran berbahasa lisan yang meliputi strategi pembelajaran menyimak dan berbicara secara terpadu, sekaligus disertai dengan contoh-contoh pelaksanaannya melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif. Sebelum melaksanakan kegiatan bercerita dan dramatisasi Anda dapat menjelaskan fungsi tujuan menyimak dan berbicara.
Pada subunit 2 akan disajikan strategi keterampilan berbahasa tulis yang komponen-komponennya terdiri atas keterampilan membaca dan menulis.
Setelah mempelajari unit 3 ini, Anda diharapkan dapat memilih strategi yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa SD. Secara lebih rinci lagi, tujuan yang hendak dicapai adalah agar Anda dapat:
1.
menjelaskan hubungan menyimak dengan berbicara;
2.
menjelaskan hakikat strategi pembelajaran bahasa lisan; dan
3.
menerapkan strategi pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif
Setelah tujuan yang diharapkan tercapai, maka pelajarilah subunit berikutnya dengan seksama. Mulailah dengan membaca konsep, uraian, dan contoh pada bagian awal setiap subunit. Bila menemukan kata atau istilah yang sulit dipahami, gunakan glosarium untuk menemukan maknanya.
Selanjutnya, bila Anda telah memahami konsep, uraian, dan contoh, kerjakan latihan satu per satu hingga selesai. Jika Anda belum berhasil menjawab dengan benar semua latihan, perhatikan baik-baik sekali lagi petunjuk jawaban latihan. Jika perlu, baca kembali konsep, uraian, dan contoh sehubungan dengan jawaban latihan tersebut. Tetapi, jika Anda berhasil menjawab sebagian besar soal latihan, lanjutkan dengan mengerjakan tes formatif.
Dalam mengerjakan tes formatif, jawab lebih dahulu semua soal, baru kemudian cocokkan jawaban Anda dengan kunci jawaban yang tersedia. Cobalah dengan sabar mengamati dan menemukan materi mana yang masih belum Anda pahami. Gunakan kembali latihan serta penjelasan konsep, uraian, dan contoh untuk menolong Anda. Pusatkan perhatian Anda secara penuh kepada aktivitas menjawab soal.
Unit 3
Selamat belajar!
Subunit 1
Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Lisan
audara, pada subunit 1 ini Anda akan diajak mempelajari fungsi dan tujuan berbahasa lisan. Untuk lebih jelasnya silakan ikuti paparan berikut ini.
Keterampilan berbahasa terdiri atas keterampilan berbahasa lisan dan keteram-pilan berbahasa tulis. Dalam kehidupan sehari-hari, menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita lakukan. Di mana pun kita berada, kedua jenis keterampilan berbahasa ini hampir selalu kita perlukan untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Berbahasa lisan merupakan keterampilan yang dapat dipelajari dan dilatihkan kepada para siswa di sekolah. Oleh sebab itu, dalam subunit ini akan dibahas topik Strategi Pembelajaran Bahasa Lisan. Cakupan bahasannya meliputi (1) hubungan menyimak dengan berbicara dan (2) strategi pembelajaran bahasan lisan dan penerapannya melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif.
Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, menyimak dan berbicara berlangsung dalam waktu bersamaan. Hubungan keduanya ibarat sekeping uang logam yang memiliki dua sisi. Bila ada menyimak pasti ada berbicara. Demikian pula sebaliknya, jika ada berbicara tentu ada menyimak. Berbicara, seperti sudah disinggung di muka, merupakan jenis keterampilan berbahasa lisan.
Pengetahuan dan keterampilan dalam penggunaan strategi pembelajaran berbahasa lisan merupakan prasyarat bagi Anda agar mampu melaksanakan pengajaran bahasa di kelas sehingga pada akhirnya keterampilan berbahasa lisan siswa meningkat dengan baik.
Hubungan Menyimak dengan Berbicara
Kegiatan menyimak oleh Tompkins dan Hoskisson (dalam Aminuddin, 1997:72) disebut sebagai “most mysterious language process’ Dinyatakan demikian karena pelajar yang tampak dengan serius menyimak belum tentu memahami isi simakan. Sementara itu, pelajar yang menyimak sambil melakukan aktivitas lain, misalnya membaca, ternyata ketika diberi pertanyaan mampu menanggapi secara tepat. Sebab itulah bagi Tompkins dan Hoskisson, Listening is more than just hearing. Dinyatakan demikian, karena hearing “mendengarkan” sebenarnya hanya merupakan bagian dari menyimak. Penentuan demikian sesuai dengan konsepsi bahwa dalam menyimak juga berlangsung kegiatan gagasan dan rekonstruksi makna sesuai dengan tangkapan bunyi ujaran dan skemata penyimaknya.
Dalam percakapan sehari-hari, kata mendengar, mendengarkan, dan menyimak sering kita gunakan. Dalam pengajaran keterampilan berbahasa makna ketiga kata itu dengan jelas harus dibedakan.
Perhatikan peristiwa-peristiwa berikut ini!
1.
Karim sedang asyik menyusun laporan perjalanannya ke Tangkuban Perahu. Tiba-tiba terdengar suara ”boom” di sebelah kamar belajarnya. Karim terperanjat dan berhenti menulis sejenak. Ia menoleh ke arah datangnya suara itu, lalu meneruskan tugasnya.
2.
Gani sedang sibuk menyelesaikan denah bangunan pesanan tuan Marto. Jam m-enunjukkan pukul 2.30 pagi. Keadaan sepi. Teman sekamar Gani sudah tidur lelap. Tiba-tiba terdengar suara dari tetangga sebelah ”Api! Api! Tolong! Tolong!” Gani tersentak, lalu lari ke luar menuju suara tersebut. Gani melihat bangunan atau rumah Pak Hasan sedang dilahap api. Gani pun dengan sigap membantu tuan rumah memadamkan api itu.
Ilustrasi yang tergambar dalam contoh pertama, peristiwa mendengar melukiskan Karim benar-benar mendengar bunyi sesuatu yang jatuh. Ia hanya terperanjat, kaget, namun ia tidak begitu terpengaruh terhadap suara itu. Buktinya Karim tetap meneruskan penyelesaian tugasnya. Selanjutnya, pada ilustrasi contoh mendengar yang kedua, juga melukiskan Gani mendengar sesuatu tanpa sengaja. Tetapi Gani tahu persis teriakan itu sekaligus menandakan bahaya, maka ia cepat-cepat menuju sumber suara dan ikut memadamkan kebakaran itu.
Mendengarkan setingkat lebih tinggi tarafnya dari mendengar. Bila dalam peristiwa mendengar belum ada faktor kesengajaan, maka dalam peristiwa mendengarkan faktor kesengajaan sudah ada. Faktor pemahaman biasanya juga mungkin tidak ada karena hal itu belum menjadi tujuanmendengar atau mendengarkan. Kegiatan mendengarkan sudah mencakup kegaiatan mendengar. Contoh berikut ini melukiskan suatu peristiwa mendengarkan
Mira sedang sibuk menyelesaikan soal-soal matematik. Di depannya, di atas meja belajar, radio kecil sedang menyiarkan lagu-lagu intrumentalia. Pada saat Mira sedang mengerjakan soal terakhir, radio itu memancarkan lagu Mutiara dari Selatan. Lagu itu adalah lagu kesenangan Mira. Mira pun berhenti sejenak dan membesarkan volume suara radio. Sambil mendengarkan lagu itu Mira juga meneruskan pekerjaanya.
Di antara ketiga kegiatan, mendengar, mendengarkan, dan menyimak, taraf tertinggi diduduki adalah kegiatan menyimak. Dalam peristiwa menyimak sudah ada faktor kesengajaan. Faktor pemahaman merupakan unsur utama dalam setiap peristiwa menyimak. Bahkan lebih dari itu, faktor perhatian dan penilaian pun selalu terdapat dalam peristiwa menyimak. Bila mendengar sudah tercakup dalam mendengarkan maka baik mendengar maupun mendengarkan sudah tercakup dalam menyimak.
Menyimak, sebagai salah satu keterampilan berbahasa, tidak kalah pentingnya dengan berbicara, membaca, dan menulis. Menyimak, berbicara, membaca, dan menulis harus disajikan secara terpadu dalam pembelajaran keterampilan berbahasa di SD. Hal ini perlu dikemukakan agar apa yang ditemukan oleh Chastain (Achsin, 1981) dapat dihindari, yaitu bahwa guru-guru pada umumnya berasumsi keterampilan menyimak dengan sendirinya dapat berkembang dari belajar berbicara saja. Dengan kata lain, pembelajaran menyimak itu sendiri tidak perlu diberikan di sekolah.
Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi bahasa yang ditangkap oleh telinga kita diindentifikasi menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut diperhatikan oleh penyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan maknanya dan dinilai kebenarannya agar dapat diputuskan diterima tidaknya.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.
Menyimak harus dikaitkan dengan berbicara. Kedua kegiatan ini merupakan proses interaksi antarwarga dalam masyarakat yang ditopang oleh alat komunikasi yang disebut bahasa yang dimiliki dan dipahami bersama. Komunikasi dengan menggunakan bahasa sebagai alatnya disebut komunikasi verbal. Ada pula komunikasi lain dengan menggunakan gerak-gerik, isyarat atau bendera sebagai alatnya. Kegiatan komunikasi dengan menggunakan alat bukan bahasa seperti itu dinamakan komunikasi nonverbal. Pada kenyataannya, komunikasi verbal itulah yang kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari. Komunikasi verbal itulah yang kita ajarkan di sekolah-sekolah.
Secara sederhana dapat kita katakan, menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui lisan. Sebaiknya, berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh peyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu ide atau gagasan yang sama seperti yang dimaksudkan oleh pembicara. Di situ kita temukan adanya kaitan antara menyimak dengan berbicara. Berdasarkan jenis bahasa yang digunakan, menyimak dan berbicara termasuk keterampilan berbahasa lisan. Dengan berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada kita. Dengan menyimak kita menerima informasi dari seseorang. Pada kenyataanya, peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara. Dalam kegiatan komunikasi keduanya secara fungsional tidak terpisahkan. Dengan demikian, komunikasi lisan tidak akan terjadi jika kedua kegiatan itu, yaitu berbicara dan menyimak, tidak berlangsung sekaligus atau tidak saling melengkapi.
Dengan uraian di atas kita tahu bahwa dalam komunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam satu kegiatan yang resiprokal. Keduanya dapat berganti peran secara spontan, dari pembicara menjadi penyimak atau sebaliknya, dari penyimak menjadi pembicara. Dengan demikian, kegiatan berbicara dan menyimak saling mengisi atau saling melengkapi. Tidak ada gunanya kita berbicara tanpa penyimak dan tidak mungkin terjadi peristiwa menyimak jika pada saat yang tidak sama tidak ada yang berbicara. Dari situlah kita tahu bahwa berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang bersifat resiprokal.
Strategi Pembelajaran Berbahasa Lisan dan Penerapannya Melalui
Kegiatan Bercerita dan Dramatisasi Kreatif
Saudara, pada bagian ini Anda diajak mempelajari bagaimana menerapkan pembelajaran berbahasa lisan melalui kegiatan bercerita dan dramatisasi kreatif. Untuk lebih jelasnya silakan Anda ikuti paparan berikut ini.
Menyimak dan berbicara merupakan keterampilan berbahasa lisan yang amat fungsional dalam kehidupan sehari-hari. Betapa tidak karena dengan menyimak dan berbicara kita dapat memperoleh dan menyampaikan informasi. Hal ini telah kita pelajari dari subbagian dari unit 2, bahwa dalam kegiatan komunikasi lisan, kegiatan menyimak dan berbicara merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, sangatlah beralasan apabila setiap orang, lebih-lebih siswa, dituntut keterampilannya untuk mampu menyimak dan berbicara dengan baik.
Guru yang berpengalaman dan kreatif rasanya tidak akan mengalami kesulitan dalam memilih strategi yang tepat untuk melaksanakan tugas itu. Agar strategi yang dipilih dan diterapkan dapat mencapai sasarannya perlu diperhatikan beberapa prinsip yang melandasi pembelajaran berbahasa lisan seperti berikut.
1.
Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mempunyai tujuan yang jelas yang diketahui oleh guru dan siswa.
2.
Pengajaran keterampilan berbahasa lisan disusun dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sesuai dengan tingkat perkembangan bahasa siswa.
3.
Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa.
4.
Pengajaran keterampilan berbahasa lisan harus benar-benar mengajar bukan menguji. Artinya, skor yang diperoleh siswa harus dipandang sebagai balikan bagi guru.
Agar pembelajaran berbahasa lisan memperoleh hasil yang baik, strategi pembelajaran yang digunakan guru harus memenuhi kriteria berikut.
1.
Relevan dengan tujuan pembelajaran.
2.
Menantang dan merangsang siswa untuk belajar.
3.
Mengembangkan kreativitas siswa secara individual ataupun kelompok.
4.
Memudahkan siswa memahami materi pelajaran
5.
Mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
6.
Mudah diterapkan dan tidak menuntut disediakannya peralatan yang rumit.
7.
Menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan.
Pada kesempatan ini kita akan membicarakan strategi pembelajaran berbahasa lisan beserta contoh penerapannya untuk kelas 3-6 SD. Sesuai dengan tujuan pembel-ajaran yang telah ditetapkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk SD, dapatlah dikemukakan beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan sebagai berikut.
1. Menjawab Pertanyaan
Latihan menjawab pertanyaan secara lisan berdasarkan bahan simakan sangat menunjang pengembangan keterampilan berbahasa lisan siswa. Ada lima pertanyaan yang perlu disajikan guru, yaitu (a) siapa yang berbicara, (b) apa yang dibicarakan, (c) mengapa hal itu dibicarakan, (d) di mana hal itu dibicarakan, dan (e) bila hal itu dibicarakan. Dengan demikian, guru harus pandai memilih bahan simakan yang sesuai misalnya, dongeng atau cerita anak, sehingga kelima pertanyaan itu dapat diajukan.
Contoh:
Guru | ”Bu guru akan membacakan sebuah cerita singkat. Dengarkan baik-baik sebab setelah itu ada beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab! Sekali lagi, dengarkan!” |
Siswa | : ”Siap, Bu Guru!” |
Inilah teks yang dibacakan guru
Rombongan SD Srijaya tiba berangsur-angsur di Bumi Sriwijaya. Bus pertama tiba pukul 8.00. Sepuluh menit kemudian datang bus kedua. Bus ketiga menyusul bus kedua lima menit berikutnya. ”Syukur, kita tiba dengan selamat,” kata Bu Dewi. ”Ya, sesuai dengan rencana semula,” timpal pak Ali. ”Semua berjalan lancar,” sahut anak-anak sambil mengerumuni kedua guru mereka. |
Guru | : ”Nah, sekarang jawablah pertanyaan Bu guru! Siapa saja yang bercakap-cakap dalam cerita?” |
Andi | : ”Bu Dewi, Pak Ali, dan siswa-siswa SD Srijaya”. |
Dita | : ”Tepat sekali jawabanmu, Andi, Sinta, di mana percakapan itu berlangsung?” |
Dita | : ”Di Bumi Sriwijaya , Bu.” |
Guru | : ”Bagus sekali. Sekarang giliranmu, Ani! Pukul berapa percakapan itu berlangsung? |
Ani | : ”Pukuil 8.15 , Bu” |
Guru | : ”Cermat sekali hitunganmu Ani. Haris, apa yang dipercakapkan mereka?” |
Haris | : ”Hal tiba di tempat tujuan sesuai dengan rencana semula”. |
Guru | : ”Bagus sekali. Terakhir giliran Tina. Mengapa hal itu mereka percakapkan?” |
Tina | : ”Karena mereka bersyukur bahwa mereka tiba dengan selamat di tempat tujuan.” |
Guru | : ” Wah, kamu semua anak yang pandai. Bu Guru amat bangga.” |
2. Bermain Tebak-tebakan
Bermain tebak-tebakan dapat kita laksanakan dengan berbagai cara. Cara yang sederhana, guru mendeskripsikan secara lisan suatu benda tanpa menyebutkan nama bendanya. Tugas siswa menerka nama benda itu.
Perhatikan contoh berikut ini!
Guru | : ”Anak-anak, mari kita main tebak-tebakan! Dengarkan, Pak Guru akan melukis suatu benda. Siapa yang mengetahui benda yang pak guru maksudkan, segera acungkan tangan!” |
Siswa | : ”Siap, Pak Guru!” |
Guru | : ”Bagus! Dengarkan, siapa aku. Aku diperlukan oleh semua mahluk hidup. Tetapi, sayangnya sekarang manusia sering mencemariku. Ingat, manusia, aku bisa marah! tanah dapat kuhancurkan. Gunung bisa kuratakan. Aku telah berjalan jauh ke langit sampai ke dalam bumi. Ingat, bentukku berubah-ubah sesuai dengan tempat yang kudiami. Silakan terka, siapa aku!” |
Siswa A | : ”Air!” |
Banyak modifikasi yang dapat dilakukan guru untuk permainan tebak-tebakan ini. Misalnya, untuk menebak benda atau sesuatu yang ditulis guru di belakang papan tulis, secara bergantian siswa mengajukan pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan ”ya” atau ”tidak” oleh guru . Sebaiknya jumlah pertanyaan yang diajukan siswa tidak boleh lebih dari dua puluh buah. Setelah itu, siswa diminta untuk menebak benda yang dimaksudkan guru dengan cara merangkum jawaban pertanyaan yang telah diajukan. Agar permainan lebih menarik, bagilah kelas ke dalam beberapa kelompok.
Contoh
Guru | : ”Saya telah menuliskan nama benda di belakang papan tulis. Ajukan paling banyak dua puluh pertanyaan yang akan Bu Guru jawab dengan ya atau tidak/bukan. |
Silakan | Regu 1 bertanya |
Regu 1 | : ”Benda mati?” |
Guru | : ”Bukan . Regu 2 |
Regu 2 | : ”Nama Binatang ?” |
Guru | : ”Ya!” |
Regu 1 | : ”Binatang itu berkaki empat” |
Guru | : ”Tidak” |
Regu 2 | : ”Berkaki dua?” |
Guru | : ”Ya!” |
Regu 1 | : ” Binatang itu bersayap?” |
Guru | : ”Ya”. |
Setelah dua puluh pertanyaan diajukan oleh regu 1 dan regu 2, guru menyiapkan setiap regu menebak nama binatang itu, misalnya:
Regu 1 | : ”Dari jawaban yang kami peroleh, benda itu termasuk binatang berkaki dua, bersayap, berparuh, dagingnya biasa dimakan orang, maka binatang itu adalah itik” |
Regu 2 | : ’Jawaban yang kami peroleh menyatakan bahwa benda yang dimaksud ada mahluk hidup, sejenis binatang, bersayap, berparuh, tidak dapat terbang jauh, dagingnya biasa dimakan orang. Kami berkesimpulan binatang itu adalah ayam”. |
Regu 3 | : ’Jawaban yang kami peroleh menyatakan bahwa benda yang dimaksud adalah mahluk hidup, sejenis binatang, bersayap, berparuh, tidak dapat terbang Jauh, dagingnya biasa dimakan orang. Kami berkesimpulan binatang itu adalah ayam”. |
Guru (membalikkan papan tulis): ”Baik, mari kita lihat, siapa pemenangnya!”
3. Memberi Petunjuk
Memberi petunjuk, seperti petunjuk mengerjakan sesuatu, petunjuk mengenai arah atau letak suatu tempat, memerlukan sejumlah persyaratan. Petunjuk harus jelas, singkat, dan tepat. Siswa yang sering berlatih akan mendapat kesempatan yang luas untuk berlatih memberi petunjuk.
Contoh:
Guru | : “Anak-anak, coba jelaskan bagaimana cara menuju ke rumahmu masing-masing dari sekolah!” |
Siswa | : “Ikuti jalan Merdeka ke arah selatan. Sampai pertigaan jalan Merdeka dan jalan Sudirman, belok ke kanan, terus hingga perempatan jalan, kemudian belok ke kiri. Ikuti jalan A.Yani sampai ke alun-alun. Di sebelah barat alun-alun ada masjid. Rumah saya nomor dua sebelah utara masjid itu!” |
Guru | : “Bagus, Dewi. Sekarang kamu , Dirto! |
Dirto | : “Rumah saya dekat dari sekolah. Ikuti jalan Merdeka ke utara. Sampai di pertigaan belok ke barat. Ikuti jalan Dr. Supeno sampai ke rumah sakit. Di seberang rumah sakit itu rumah saya!” |
Guru | : “Baik sekali, Dirto.” |
4. Identifikasi Kalimat Topik
Guru membacakan sebuah paragraf siswa menuliskan kalimat topiknya
Guru | : “Simak baik-baik paragraf berikut. Yang manakah kalimat topiknya?” Ruang kelas kami luas dan menyenangkan. Ukurannya 8x10 m. Jendelanya besar dan menghadap ke taman. Penerangan listrik cukup sehingga kelas dapat digunakan di saat langit mendung. Lantainya ubin berwarna abu-abu. Dinding kelas berwarna putih bersih. Meja, kursi, dan papan tulis masih baru. |
Siswa | : (Menyimak dan mencari kalimat topik). |
Guru | : “Apa kalimat topik paragraf tadi? Coba sebutkan kamu, Ari.” |
Siswa | : “Ruang kelas kami luas dan menyenangkan.” |
Guru | : “Tepat, tepat sekali! Bagus, Ari, bagus!” |
5. Main Peran
Main peran adalah simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan. Tujuannya adalah (a) melatih siswa untuk menghadapi situasi yang sebenarnya, (b) melatih praktik berbahasa lisan secara intensif, dan (c) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kemampuannya berkomunikasi.
Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa seperti orang yang diperankannya. Dari segi bahasa berarti siswa harus mengenal dan dapat menggunakan ragam-ragam bahasa yang sesuai.
Guru : “Anak-anak, mari kita coba memerankan penjual sayuran dan pembelinya. Ana sebagai pembeli dan Tito sebagai penjual
Inilah rekaman tawar-menawar antara pembeli dan penjual di pasar.
Penjual | : “Mari, Bu! Bayam dan sawi segar-segar! |
Pembeli | : “Bayam seikat berapa?” |
Penjual | :” Murah Bu, hanya seribu rupiah”. |
Pembeli | : “Jangan mahal-mahal, Bang.” |
Penjual | : Ya, Bu, harga sih melihat bagaimana barangnya.” |
Pembeli | : “Lima ratus rupiah, ya.” |
Penjual | : Masih jauh, Bu. Begini saja bagaimana kalau tujuh ratus lima puluh rupiah.” Mau berapa ikat?” |
Pembeli | : “Empat.” (memilih bayam dan membayarnya) |
Penjual | : Terima kasih, Bu.” (mengibas-ibaskan uang ke atas dagangannya)” Laris manis tanjung kimpul, dagangan habis duitnya ngumpul.” |
Guru | : “Bagus sekali.” |
6. Bercerita
Bercerita menuntun siswa menjadi pembicara yang baik dan kreatif. Dengan bercerita siswa dilatih untuk berbicara jelas dengan intonasi yang tepat, menguasai pendengar , dan untuk berperilaku menarik.
Kegiatan bercerita harus dirancang dengan baik. Sebelum kegiatan ini dilak-sanakan, jauh sebelumnya guru sudah meminta siswa untuk memilih cerita yang menarik. Setelah itu siswa diminta menghafalkan jalan cerita agar nanti pada pelaksanaannya, yaitu bercerita di depan pendengarnya, tidak mengalami kesulitan.
Contoh
Guru | : ”Selamat pagi, Anak-anak” |
Siswa | : ”Selamat pagi, Bu Guru.” |
Guru | : ”Sesuai dengan perjanjian kita tiga hari yang lalu, pada hari ini ada beberapa orang anak di antara kalian yang akan bercerita di depan kelas?” Sudah siap?” |
Siswa | : ”Siap, Bu Guru.” |
Guru | : ”Bagus, sekarang kita akan mendengarkan cerita Tono.” |
Hasil rekaman cerita Tono adalah sebagai berikut.
Pahlawan Kesiangan Ada dua orang saudagar pergi bersama ke kota membawa barang-barang berharga untuk di jual ke pasar di sebelah timur istana raja. Di kiri kanan jalan yang mereka lalui semak belukar semata. Di balik rimbunnya semak belukar ada seorang penyamun yang mengintai perjalanan kedua orang saudagar itu. Tiba-tiba ... ”Hup!” melompatlah penyamun itu keluar dari persembunyiannya menghentikan langkah kedua orang saudagar itu. ”Serahkan barang bawaanmu jika kalian berdua ingin selamat!” hardik penyamun itu. Saudagar yang pendek lari ketakutan meninggalkan temannya yang jangkung. Sebaliknya. Si jangkung tetap berdiri di tempat. Ia tak takut menghadapi bahaya itu. Ia bertekad mempertahankan diri. Terjadilah perkelahian sengit. Akhirnya si penyamun dapat dikalahkan. Ia melompat masuk kedalam semak belukar kembali untuk menyelamatkan diri. Setelah bahaya berlalu, si pendek keluar dari persembunyiannya, mengayun-ayunkan sepotong kayu sambil bertetiak-teriak lantang, ”Mana penyamunnya? Ayo keluar kalau berani. Hadapi aku biar dia tahu siapa aku!” Celoteh si pendek membuat beberapa orang yang agak jauh tinggal di tepi hutan itu lari ke tempat kejadian. Melihat hal itu, si pendek semakin sibuk mengayun-ayunkan kayunya. Penduduk setempat mengerumuninya. Si pendek bercerita dengan berapi-api tentang penyamun yang akan mencelakan dirinya. Kalau tidak ada dirinya, entah bagaiman nasib si jangkung, karena keberanian si pendek, penyamun itu lari tunggang langgang. Tetapi, kawan, siapakah pahlawan yang sebenarnya? Kalian pasti dapat menilai siapakah si pendek dan si jangkung itu. Siapakah yang patut disebut pahlawan sejati yang berani menghadapi bahaya dan siapa pula patut dijuluki sebagai pahlawan kesiangan yang muncul setelah mara bahaya berlalu? |
Dari cerita Tono itu, guru dapat mengembangkan kegiatan bercerita misalnya, melakukan tanya jawab, minta pendapat para siswa tentang sifat para pelaku dalam cerita atau dari cerita itu siswa lain diminta untuk mendramatisasikannya.
7. Dramatisasi
Dramatisasi atau bermain drama adalah kegiatan mementaskan lakon atau cerita. Biasanya cerita yang dilakonkan sudah dalam bentuk drama. Guru dan siswa terlebih dahulu harus mempersiapkan naskah atau skenario, perilaku, dan perlengkapan. Bermain drama lebih kompleks daripada bermain peran. Melalui dramatisasi, siswa dilatih untuk mengekspresikan perasaan dan pikirannya dalam bentuk bahasa lisan
Contoh:
Guru : ”Anak-anak, dua minggu yang lalu kalian telah bersil mengarang bersama-sama sebuah cerita yang akan kalianla konkan. Ada enam orang anak yang mendapat tugas dari Ibu untuk memainkan cerita itu di depan kelas. Lima oarng anak yang memerankan sebagai siswa kelas 4 SD, yaitu Adi, Ana, Ade, Ani, dan Nana, sedangkan Dede berperan sebagai ayah Nana. Nah keenam teman kita tersebut sudah sanggup menghafalkan dialognya di rumah. Sekarang marilah kita saksikan bersama hasil latihan mereka”
(Inilah cerita yang dimainkan oleh keenam siswa itu).
Menjeguk Teman Sakit
Adi, ade, Ana, dan Ani siswa kelas 4 SD Srijaya 1. Mereka sedang merundingkan oleh-oleh yang perlu dibawa untuk menjenguk teman sekelas mereka, Nana, yang sedang sakit.
Adi | : ”Ana dan Ani menyediakan makanan. Saya dan Ade menyediakan buah- buahan.” |
Ana | : ”Makanan apa?” |
Ani | : ”Gampang, Ana, kita minta bantuan ibudi rumah supaya membuatkan kue bolu kukus.” |
Ade | : ”Ide yang bagus! Adi setuju?” |
Adi | : ”Ya. Kapan akan berangkat?” |
Ana | : ”Tunggu dulu! Buah-buahan apa yang akan kaubawa, Adi? |
Adi | : ”Jeruk dan pepaya. Saya petik sendiri nanti di kebun.” |
Ani | : ”Itu baru oleh-oleh. Baik, besok kita berangkat!” |
Adi, Ade, Ani, dan Ana berdiri di depan pintu rumah Nana. Adi menjinjing keranjang berisi jeruk dan pepaya, Ade membawa kotak karton berisi kue bolu kukus. Ani mengetuk pintu. Ayah Nana ke leluar. Adi, Ade,Ani, dan Ana (serempak): Selamat sore, pak.
Ayah Nana | : ”Selamat sore! Wah, ada apa ini ramai-ramai ke sini?” |
Adi | : ”Kami teman sekelas Nana. Saya Adi. Ini Ade, Ani, dan Ana. Kami berempat datang kemari untuk menjenguk Nana, Pak.” |
Ayah Nana | : ”O, begitu. Mari nak! Silakan masuk! Duduklah!” Adi, Ade, Ani, dan Ana duduk di rung tamu.Ayah Nana memanggil! Nana. Nana datang. Tangan kanannya diperban. Ikatannya ditalikan ke lehernya. Pipi kanannya lecet-lecet. Ayah Nana meninggalkan ruang tamu. |
Adi | : ”Bagaimana dengan tanganmu, Nana?” |
Nana | : ”Alhamdulillah, semakin membaik, mungkin besok perbannya sudah dapat dibuka.” |
Ade | : ”Semoga cepat sembuh, deh.” |
Nana | : ”Terima kasih, Ade.” |
Ani | : ”Ini sekedar oleh-oleh untukmu. Semoga kau lekas sembuh.” |
Nana | : ”Sekali lagi terima kasih. Bagaimana keadaan di sekolah kita.” |
Adi | : ”Jangan memikirkan sekolah dulu! Yang penting kamu cepat sembuh!” |
Nana | : ”Ya, ya, benar. Saya harus sehat dulu. Sekali lagi saya ucapkan terima kasih atas kedatangan teman-teman |
Setelah puas bercakap-cakap, Adi, Ade, Ani, dan Ana mohon diri. Mereka dilepas Nana dan ayahnya dengan ucapan terima kasih. Mereka pulang dengan perasaan riang gembira.
Guru : ”Bagus sekali. Lain kali kita akan mementaskan drama yang lebih
panjang.”
Beberapa strategi pembelajaran yang dapat Anda terapkan untuk meningkatkan keterampilan berbahasa lisan siswa. Sebenarnya masih banyak lagi strategi yang dapat Anda ciptakan dengan pembelajaran yang telah dicantum dalam kurikulum terbaru.
Latihan
Untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang hubungan meyimak dengan berbicara, kerjakan secara berpasangan latihan berikut ini!
1. Peristiwa apa yang terjadi dalam ilustrasi berikut ini?
a. Aku sedang mempelajari materi modul yang akan ditutorialkan esok hari. Jam telah menunjukkan pukul sepuluh. Malam sunyi, hanya desir angin yang terdengar membelai dedaunan. Tiba-tiba terdengar orang berteriak-teriak dari rumah sebelah, ”Tolong! Tolong ! Api!” Aku terkejut, lari keluar. Kulihat api sedang melahap bagian belakang rumah Pak Karso. Banyak orang datang berusaha memadamkan api. Aku juga ikut memadamkanya.
b. Dua jam kemudian api berhasil dipadamkan. Banyak orang bertanya kepada Pak Karso sebab terjadinya kebakaran itu. Ia lalu menceritakan sebab kebakaran itu. Aku juga ikut mendengarkanya. Setelah ia selesai berceritera, aku berkata ”Makanya, Pak Karto, kalau mau tidur periksa dulu apakah api di dapur betul-betul sudah padam”.
c. Kamsir rajin mengikuti ”English for You” dari radio Australia. Saat inipun ia sedang asyik menyimak pelajaran penggunaan ”any” dan ” many” dalam kalimat. Jika penyiar menyuruh pendengar mengerjakan latihan, Kamsir pun ikut mengerjakanya dengan sungguh-sungguh.
d. Tono : ” Selamat pagi, Sali! Apa Kabar?”
Sali : ” Selamat pagi. Kabar baik. Mau ke mana, Ton?”
Tono : ” Ke Bank. Ambil uang.”
Sali : ” Saya juga. Sama-sama, yo!”
2. Hubungan menyimak dengan berbicara atau berbicara dengan menyimak itu
resiprokal ! Jelaskan!
3. Dalam Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran KTSP SD kita jumpai pembelajaran berikut.
a. | Kelas 3 | : Berdialog dengan teman tentang pengalamn yang mengesankan pada waktu liburan dengan menggunakan kalimat yang runtut dam mudah dipahami |
b. | Kelas 4 | : Mengajukan dan menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang didengar dari orang lain, radio, TV, dll |
c. | Kelas 5 | : Memerankan pelaku yang ada dalam cerita |
d. | Kelas 6 | : Menanggapi (mengeritik/memuji) sesuatu hal disertai alasan dengan menggunakan bahasa yang santun. |
Jika telah selesai, periksalah hasil latihan Anda dengan memperhatikan rambu-rambu jawaban berikut ini!
Pedoman Jawaban Latihan
1.
a. Jawaban ditentukan oleh ada tidaknya faktor kesenjangan.
b. Jawaban ditentukan oleh ada tidaknya faktor kesenjangan
c. Jawaban ditentukan oleh adnya faktor kesenjangan, perhatian, dan pemahaman.
d. Jawaban ditentukan oleh adnya faktor kesenjangan, perhatian, dan pemahaman.
2.
Jawaban berkaitan dengan komunikasi lisan.
3.
Diskusikan strategi mana yang kira-kira sesuai untuk melaksanakan setiap pembelajaran itu! Akan lebih mengesankan lagi apabila setiap strategi yang Anda tetapkan itu disimulasikan oleh kelompok Anda. Perhatikanlah langkah-langkah berikut.
a.
Pembelajaran “berdialog dengan teman tentang pengalaman pada waktu liburan” terfokus pada kegiatan berdialog. Aktualisasinya dapat berupa dramtisasi secara spontan. Dua orang siswa tampil ke depan kelas, diminta untuk bertanya jawab tentang pengalamn mereka pada waktu liburan sekolah.
b.
Pembelajaran “mengajukan dan menjawab pertanyaan berdasarkan cerita yang didengar (dari orang lain, radio, televise, dsb) berbentuk tanya jawab atau menjawab pertanyaan. Mula-mula ceritakan suatu dongeng atau peristiwa. Atau putarkan kaset yang berisi cerita atau dongeng. Atau siswa ditugasi mendengarkan sebuah drama radio atau menontonnya di TV. Dengan sendirinya cerita yang diperdengarkan itu haruslah cerita yang sesuai dengan perkembangan jiwa siswa. Ajukan pertanyaan-pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, di mana, dan kapankah, yang jawabannya dapat diperoleh dari cerita itu.
c.
Memerankan pelaku yang ada dalam cerita. Pembelajaran “Memerankan pelaku yang ada dalam cerita” dapat diwujudkan dengan bermain peran.
d.
Pembelajaran “ Menanggapi (mengeritik/memuji) sesuatu hal disertai alasan dengan menggunakan bahasa yang santun. Pembelajaran ini dilaksanakan melalui kegiatan duskusi. Sebelum kegiatan ini dilaksanakan siswa ditugasi guru , misalnya membaca cerita.
Rangkuman
Secara gradual, mendengar, mendengarkan, dan menyimak itu berbeda. Se-bagai penanda untuk ketiga peristiwa itu adalah adanya unsur kesengajaan, per-hatian, dan pemahaman. Ketiga unsur itu tidak terdapat pada peristiwa mendengar. Pada peristiwa mendengarkan hanya ada unsur kesengajaan. Pada peristiwa menyi-mak ketiga faktor itu ada dan faktor pemahaman merupakan faktor yang sama. Menyimak dan berbicara merupakan praktik komunikasi antarindividu deng-an menggunakan bahasa lisan sebagai alatnya. Oleh sebab itu, kegiatan menyimak dan berbicara merupakan dua kegiatan yang terpadu, saling mengisi atau saling melengkapi. Pelaku-pelaku di dalamnya dapat berganti peran secara spontan. Pengajaran keterampilan berbahasa lisan akan membawa hasil yang memuaskan apabila dilandasi dengan (1) tujuan yang jelas ; (2) materi yang disusun secara sistematis; (3) mampu menumbuhkan partisipasi aktif terbuka pada diri siswa; dan (4) kegiatan pembelajaran bukan pengujian. Pemerolehan belajar yang dicapai siswa akan bermakna bagi diri siswa apabila strategi pembelajaran berbahasa lisan yang diterapkan guru di kelas (1) ada relevansinya dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan; (2) menantang dan merangsang siswa untuk belajar; (3) mengembangkan kreativitas siswa; (4) memudahkan siswa memahami materi pelajaran; (5) mengarahkan aktivitas belajar siswa kepada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.; (6) mudah diterapkan; dan (7) mampu menciptakan suasana belajar-mengajar yang menyenangkan. Beberapa strategi pembelajaran berbahasa lisan yang dikembangkan dari KTSP adalah: (1) simak kerjakan.;(2) simak terka; (3) simak berantai; (4) identifikasi kalimat topik; (5) memberi petunjuk; (6) bermain peran; (7) dramatisasi; dan (8) bercerita. |
Tes Formatif 1
Petunjuk: Untuk soal-soal no. 1-8 pilihlah jawaban yang paling tepat (A, B,
C, D)
1. Faktor utama pada peristiwa menyimak adalah ...
A. perhatian
B. pemahaman
C. kesengajaan
D. kesiapan
2. Berikut ini adalah unsur-unsur yang terdapat dalam peristiwa menyimak, kecuali ...
A. perhatian
B. pemahaman
C. kesengajaan
D. kesiapan
3. Dalam komunikasi lisan, kedudukan penyimak dan pembicara dapat bergantian secara spontan., sebab kegiatan menyimak dan berbicara harus salaing mengisi dan melengkapi. Dengan demikian, menyimak dan berbicara merupakan dua kegiatan yang bersifat ...
A. oral
B. reseptif
C. resiprokal
D. ekspresif
4. Karena takut ditunjuk Pak guru agar melanjutkan cerita, Rudi, seperti siswa lainnya, menyimak dengan tekun cerita yang sedang dilisankan oleh Poniman.
Keadaan seperti dilukiskan di atas kita jumpai apabila pembelajaran berbahasa lisan yang dilaksanakn guru menggunakan strategi…
A. bermain peran
B. menjawab pertanyaan
C. menyelesaikan cerita
D. memberi petunjuk
5. Guru : “Siapakah aku? Aku hidup di tengah malam, di depan lepau, di belakang
perumtel”
Siswa : “Huruf “I’, Pak
Rekaman kegiatan pembelajaran di atas merupakan contoh pelaksanaan pembelajaran berbahasa lisan di kelas 3 SD dengan menggunakan strategi/ teknik ..
A. dramatisasi
B. bercerita
C. main peran
D. main tebak-tebakan
6. Pembelajaran “membicarakan rencana kegiatan liburan atau peringatan” di kelas 3 SD sebaiknya dilaksanakan melalui kegiatan ….
A. diskusi
B. tanya-jawab
C. bercerita
D. menjawab pertanyaan
7. Pengajuan pertanyaan tentang apa, siapa, mengapa, di mana, dan manakala berlangsung dalam kegiatan pembelajaran berbahasa lisan dengan menggunakan strategi…
A. main tebak-tebakan
B. main peran
C. memberi petunjuk
D. menjawab pertanyaan
8. Strategi yang sesuai untuk melaksanakan pembelajaran “mengungkapkan pendapat tentang topik tertentu” di kelas 4 SD…
A. diskusi
B. menjawab pertanyaan
C. memberi petunjuk
D. dramatisa
Petunjuk: untuk soal-soal no. 9 -10, pilihlah:
A.
jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab akibat.
B.
jika pernyataan benar, alasan benar, tetapi antara keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat
C.
jika pernyataan benar, alasan salah atau jika pernyataan salah alasan benar.
D.
Jika pernyataan dan alasan salah
9. Dalam belajar berbahasa, keterampilan menyimak merupakan dasar pengembangan keterampilan berbicara.
Sebab
Sistem bunyi yang digunakan dalam pembelajaran bahasa dari suatu bahasa diperoleh melalui proses menyimak.
10. Menyimak dan berbicara berkaitan erat.
Sebab
Komunikasi lisan dapat berlangsung tanpa adanya penyimak
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Subunit 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan Subunit 2. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali Subunit 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Subunit 2
Strategi Pembelajaran Bahasa Tulis
audara, pada Subunit 2 ini Anda diajak mempelajari fungsi dan tujuan berbahasa tulis. Untuk lebih jelasnya silakan ikuti paparan berikut ini.
Keterampilan berbahasa tulis terdiri atas keterampilan membaca dan menulis. Membaca merupakan kegiatan memahami bahasa tulis, sedangkan menulis adalah kegiatan menggunakan bahasa tulis sebagai sarana untuk mengungkapkan gagasan. Kedua keterampilan tersebut akan dibahas di bawah ini.
Hakikat Membaca
Pada hakikatnya, tindakan membaca terdiri atas dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk (Burns dan Roe, 1996: 13, Syafiie 1993;42). Membaca sebagai proses mengacu pada aktivitas, baik yang bersifat mental maupun fisik, sedang membaca sebagai produk mengacu pada konsekuensi dari aktivitas yang dilakukan pada saat membaca.
Proses membaca sangat kompleks dan rumit. Proses ini melibatkan sejumlah aktivitas, baik yang meliputi kegiatan mental maupun fisik. Menurut Burns (1996:7-17) dan Syai’ie (1993 : 42-45) proses membaca terdiri atas delapan aspek. Kedelapan aspek-aspek tersebut adalah (1) aspek sensori, yakni kemampuan untuk memahami simbol-simbol tertulis; (2) aspek perseptual, yakni aspek kemampuan untuk menginterpretasi apa yang dilihatnya sebagai simbol atau kata; (3) aspek sekuensial, yakni kemampuan mengikuti pola-pola urutan, logika, dan gramatikal teks; (4) aspek asosiasi, yakni aspek kemampuan mengenal hubungan antara simbol dan bunyi, dan antara kata-kata dan yang dipresentasikan; (5) aspek pengalaman, yakni aspek kemampuan menghubungkan kata-kata dengan pengalaman yang telah dimiliki untuk memberikan makna itu; (6) aspek berpikir, yakni kemampuan untuk membuat interferensi dan evaluasi dari materi yang dipelajari; (7) aspek belajar, yakni aspek kemampuan untuk mengingat apa yang telah dipelajari dan menghubungkannya dengan gagasan dan fakta yang baru dipelajari; (8) aspek afektif, yakni aspek yang berkenaan dengan minat pembaca yang berpengaruh terhadap keinginan membaca. Aspek-aspek ini tidak selalu dilaksanakan dengan cara yang sama oleh pembaca yang berbeda. Interaksi antara kedelapan aspek secara harmonis akan menghasilkan hasil membaca yang baik, yakni komunikasi yang baik antara penulis dan pembaca.
Tujuan Membaca
Pembelajaran bahasa Indonseia di SD bertujuan meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi secara efektif, baik lisan maupun tertulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu keterampilan berbahasa tulis yang bersifaf reseptif perlu dimiliki siswa SD agar mampu berkomunikasi secara tertulis. Oleh karena itu, peranan pengajaran bahasa Indonesia khususnya pengajaran membaca di SD menjadi sangat penting. Peran tersebut semakin penting bila dikaitkan dengan tuntutan pemilikan kemahirwacanaan dalam abad informasi (Joni, 1995:5) Pengajaran bahasa Indonesia di SD yang bertumpu pada kemampuan dasar membaca dan menulis juga perlu diarahkan pada tercapainya kemahirwacanaan.
Kemahirwacanaan dalam konteks ini sejalan dengan konsep kemahirwacanaan yang dikemukakan oleh Wells (dalam Joni, 1995:7), yakni kemahirwacanaan modus kritis dan imajinatif. Kemahirwacanaan tersebut ditandai dengan kemampuan memaknai, meringkas, menjelaskan, dan menyintesiskan informasi dalam teks. (Kathryn; 1995:15).
Pembelajaran membaca di SD menjadi bagian penting dari pembelajaran bahasa Indonedsia. Syafi’ie, (1999:2) menyatakan bahwa melalui pembelajaran membaca siswa diharapkan, antara lain: (1) memperoleh informasi dan tanggapan yang tepat atas berbagai hal; (2) mencari sumber, menyimpulkan, menyaring, dan menyerap informasi dari bacaan; serta (3) mampu mendalami, menghayati, menikmati, dan menarik manfaat dari bacaan.
Aspek-aspek keterampilan untuk memahami isi bacaan itu ada bermacam-macam Burns dan Roe (1996:225), Rubin (19820; dan Syafi’ie (1993) menyebutkan empat tingkatan atau kategori pemahaman membaca, yaitu literal, inferensial, kritis, dan kreatif. Pembahasan mengenai tingkat pemahaman berikut mengacu pada Burns dan Roe sebagaimana diuraikan sebagai berikut.
Pemahaman literal adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Pemahaman literal merupakan pemahaman tingkat paling rendah. Walaupun tergolong tingkat rendah, pemahaman literal tetap penting, karena dibutuhkan dalam proses pemahaman bacaan secara keseluruhan. Pemahaman literal merupakan prasyarat bagi pemahaman yang lebih tinggi (Burns dan Roe, 1996:225).Pemahaman inferansial adalah kemampuan memahami informasi yang dinyatakan secara tidak langsung (tersirat) dalam teks. Memahami teks secara inferensial berarti memahami apa yang diimplikasikan oleh informasi-informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks. Dalam hal ini, pembaca menggunakan informasi yang dinyatakan secara eksplisit dalam teks, latar belakang pengetahuan, dan pengalaman pribadi secara terpadu untuk membuat dugaan atau hipotesis.
Pemahaman kritis merupakan kemampuan mengevaluasi materi teks. Pemahaman kritis pada dasarnya sama dengan pemahaman evaluatif. Dalam pemahaman ini, pembaca membandingkan informasi yang ditemukan dalam teks dengan norma-norma tertentu, pengetahuan, dan latar belakang pengalaman pembaca untuk menilai teks.
Pemahaman kreatif merupakan kemampuan untuk mengungkapkan respon emosional dan estetis terhadap teks yang sesuai dengan standar pribadi dan standar profesional. Pemahaman kreatif melibatkan seluruh dimensi kognitif membaca karena berkaitan dengan dampak psikologi dan estetis teks terhadap pembaca. (Hafni, 1981) dalam pemahaman kreatif, pembaca dituntut menggunakan daya imajinasinya untuk memperoleh gambaran baru yang melebihi apa yang disajikan penulis.
Penetapan tujuan membaca bagi siswa harus memenuhi dua syarat, yaitu (1) menggunakan pernyataan yang jelas dan tepat tentang apa yang harus diperhatikan atau dicari oleh siswa ketika membaca dan (2) memberi gambaran yang mudah ditangkap oleh siswa tentang apa yang semestinya mampu mereka lakukan setelah selesai membaca.
Jika tujuan membaca telah ditetapkan oleh guru, siswa akan berpikir sungguh-sungguh untuk memperoleh tujuan membaca mereka. Cara merumuskan tujuan membaca yang ditujukan oleh guru akan menjadi model bagi siswa pada setiap saat ia akan membaca, yaitu merumuskan tujuan lebih duhulu, baru kemudian menyesuaikan strategi membaca yang dianggap paling sesuai.
Pembelajaran Membaca Pemahaman (MP) dengan Strategi Aktivitas
Membaca Berpikir Terbimbing (AMBT)
Upaya untuk mengoptimalkan pembelajaran MP sebagai salah satu bentuk pembelajaran membaca dan keterampilan berbahasa di SD adalah menggunakan strategi AMBT (direct reading- thinking activities). Menurut Stauffer dan Manzo (dalam Eanes, 1997:127) strategi AMBT merupakan strategi yang berguna untuk membimbing siswa berinteraksi dengan teks yang berlandaskan pada pendekatan proses membaca. Proses membaca tersebut dimulai dengan tahap prabaca, saat baca, pascabaca. Sementara itu, menurut Stauffer (dalam Burns, 1996:331) strategi AMBT dapat mendorong siswa mengembangkan kemampuan berpikir melalui keterampilan membaca. Strategi dirancang untuk meminta siswa memprediksi isi bacaan dan isi paragraf berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa, memikirkan prediksi saat membaca dan menguji/merevisi yang berhubungan dengan bacaan.
Kegiatan Pembelajaran Prabaca
Aktivitas yang dilakukan saat prabaca ini menggunakan pengajaran mini. Pengajaran mini dilakukan untuk membantu siswa membangkitkan pengalaman atau skemata. Salah satu tujuan pengajaran mini untuk aktivitas ini ialah mambantu siswa dalam mengaktifkan skemata sebelum membaca atau mengisikan skemata pada pembaca, hal ini penting karena keberhasilan dalam membaca sangat ditentukan oleh pengalaman dan pengetahuan pendahuluan (prior knowledge) yang dimilki siswa (Aminuddin 1995:4). Selain itu, pengajaran mini yang bertujuan membangkitkan skemata ini dianggap penting karena aktivitas tersebut akan membantu guru dalam menciptakan iklim yang lebih kuat bagi pengembangan afektif minat, sikap positif, dan motivasi.
Aktivitas pada tahap prabaca memberi kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan mencoba kebiasaan untuk memecahkan suatu masalah dan langsung termotivasi untuk menguji kebenaranya dari bacaan. Di samping itu, siswa akan dapat mengaktifkan skemata untuk menghubungkan pengetahuan yang dimilikinya dengan topik yang akan dibaca. Aktivitas yang dapat dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1.
Guru mengelompokan siswa menjadi empat kelompok yang terdiri atas lima siswa. Pengelompokan siswa berdasarkan perbedaan kemampuan.
2.
Guru memperkenalkan topik bacaan. Guru memberikan penjelasan atau pernyataan yang akan membantu metakognisi siswa dengan cara menghubungkan judul bacaan dengan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki siswa. Dalam hal ini akan membantu meningkatkan pengetahuannya.
3.
Guru memberikan penjelasan tentang tujuan membaca yang akan dilaksanakan.
4.
Guru menjelaskan langkah-langkah belajar yang akan dilaksanakan. Penjelasan langkah-langkah mengajar ini sangat bermanfaat bagi siswa untuk mempersiapkan mental dan kerangka kerja terhadap metakognisi yang telah dimiliki. Guru memfokuskan perhatian siswa pada judul bacaan. Dari judul bacaan ini siswa diminta mencoba memprediksi isi bacaan. Judul bacaan dapat dihubungkan dengan petunjuk-petunjuk yang ada dalam bacaan seperti gambar dan kata-kata yang menghubungkan dengan pengalaman siswa. Apabila siswa menemui hambatan dalam memprediksi guru melaksanakan pengajaran mini yaitu memberi penjelasan singkat cara memprediksi.
5.
Guru mencatat di papan tulis semua prediksi yang dikemukakan siswa.
Kegiatan Pembelajaran Saatbaca
Periode membaca dalam hati merupakan waktu yang ditetapkan guru yang harus dilaksanakan. Pelaksanaanya dapat perorangan, berpasangan, maupun kelompok. Banyak hal yang harus dibaca dapat ditentukan oleh guru atau kelompok, misalnya sejumlah bab, halaman atau paragraf. Sewaktu membaca dalam hati siswa dapat menentukan ide pokok dan ide penjelas dalam setiap paragraf, menemukan alasan tujuan penulis, dan menyimpulkan isi bacaan.
Membaca dalam hati biasanya untuk penikmatan atau kesenangan. Oleh karena itu, membaca dalam hati sering juga disebut membaca rekreasional, yang memerlukan ketenangan dan terbebas dari rasa tertekan. Dalam kegiatan membaca dalam hati, siswa dan guru harus membaca. Guru harus turut serta membaca karena ia sebagai model membaca bagi siswa (Holaway, 1980). Bila pada waktu membaca dalam hati siswa disuruh membaca tetapi gurunya tidak ikut serta membaca bahkan tidak berada di kelas, maka ada kemungkinan siswa menganggap kegiatan membaca sesuatu yang kurang penting.
Kegiatan Pembelajaran Pascabaca
Aktivitas pascabaca adalah aktivitas pengajaran setelah siswa melakukan kegiatan membaca. Kegiatan pascabaca ini sangat membantu siswa mengintegrasikan informasi yang baru dalam menghidupkan skematanya. Dan juga penghadiran pengalaman belajarnya pada tahapan yang dilaluinya.
Pengajaran pada tahap pascabaca dilakukan dengan cara membaca ulang prediksi awal yang dikemukakan pada tahap prabaca, bertanya-jawab untuk merevisi/menguji prediksi awal, melakukan sharing hasil dalam diskusi kelas, serta menjawab pertanyaan tingkat literal, inferensial, kritis, dan kreatif secara individu.
Menulis
Pembelajaran menulis merupakan suatu kegiatan yang dilakukan melalui proses atau tahapan-tahapan. Proses yang dilakukan dalam pembelajaran menulis di SD disesuaikan dengan tingkat kelas dan tingkat kesulitan, serta jenis atau bentuk tulisan yang dibinakan.
Dalam Kurilukum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menyatakan bahwa siswa hendaknya mampu mengungkapkan gagasan, pendapat, dan pengetahuan secara tertulis, dan memiliki kegemaran menulis.
Jenis pembelajaran menulis di kelas 6 SD berdasarkan KTSP antara lain adalah menulis/menyusun naskah pidato. Pada bagian ini akan dibahas. Apa yang ingin dicapai pada subunit ini adalah agar Anda mampu menulis naskah pidato. Dengan kata lain setelah mempelajari subunit ini Anda diharapkan dapat; menulis naskah pidato dengan memperhatikan proses penulisan sejak pramenulis sampai mempublikasikannya.
Pelajarilah subunit ini sebaik-baiknya! Semoga Anda dapat mencapai manfaat tersebut!
Strategi Menulis Naskah Pidato
Naskah pidato seperti juga naskah dialog, ditulis untuk ditampilkan. Perbedaannya, naskah dialog ditampilkan oleh beberapa orang, sedangkan pidato ditampilkan oleh seorang saja. Selain itu, komunikasi dalam dialog dilakukan di antara pemeran, sedangkan di dalam pidato, komunikasi terjadi antara yang berpidato dengan pendengar.
Sebenarnya, pidato tidak selalu harus menggunakan naskah lengkap, bahkan ada pidato yang sama sekali tidak menggunakan naskah. Bila Anda akan berpidato dengan menggunakan naskah, maka Anda harus menyiapkan naskah tersebut terlebih dahulu. Dengan demikian, Anda harus memiliki keterampilan menulis naskah pidato.
Sebelum Anda berlatih menulis naskah pidato, ada baiknya terlebih dahulu Anda memahami jenis-jenis pidato dan hal-hal yang berkenaan dengan naskah pidato.
Jenis-jenis Pidato
Berdasarkan tujuannya, pidato dapat digolongkan menjadi beberapa jenis, yaitu: (1) pidato informasi; (2) pidato persuasi; dan (3) pidato aksi.
1.
Pidato Informasi adalah pidato yang dilakukan dengan tujuan menginformasikan, memberitahukan, atau menjelaskan sesuatu. Suasana yang serius dan tertib benar-benar dibutuhkan pada jenis pidato ini, perhatian akan dipusatkan pada pesan yang akan disampaikan. Dalam hal ini, orang yang berpidato haruslah orang yang dapat berbicara dengan jelas, sistematis, dan tepat isi agar informasi yang disampaikan benar-benar terjaga keakuratannya. Dengan demikian, pendengar akan berusaha menangkap informasi dengan sungguh-sunguh. Beberapa contoh pidato informasi antara lain: (a) pidato Ketua Umum Pemilu tentang hasil pemilihan suara; dan (b) pidato Mensekneg sehabis sidang kabinet.
2.
Pidato Persuasi adalah pidato yang bertujuan menyakinkan pendengar tentang sesuatu. Pada jenis pidato ini, orang yang berpidato benar-benar dituntut memiliki keterampilan berbicara yang baik, karena bertugas untuk mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju menjadi setuju, dan tidak mau membantu menjadi mau membantu, dari tidak percaya menjadi percaya. Dalam pidato ini, si pembicara atau orang yang berpidato harus melandaskan isi pembicaraannya pada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat dipertanggungjawabkan.
3.
Beberapa contoh pidato persuasi antara lain: (1) pidato pimpinan partai di daerah yang kurang menyenangi partai tersebut; (2) pidato pimpinan BRI pada masyarakat yang lebih senang berhubungan dengan tengkulak; atau (3) pidato calon kepala desa di daerah yang massanya belum simpati kepadanya.
Pidato Aksi adalah pidato yang bertujuan untuk menggerakkan. Pidato aksi memiliki persamaan dengan pidato persuasi. Perbedaannya pada pidato persuasi hasil yang diharapkan ditujukan pada kepentingan pribadi atau lembaga, sedangkan pidato aksi bertujuan untuk mencapai tujuan bersama. Pada pidato jenis ini, orang yang berpidato haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola, atau panutan masyarakat yang memiliki keterampilan berbicara dan pandai membangkitkan semangat.
Beberapa contoh pidato aksi antara lain: (1) pidato presiden Soekarno pada saat menggerakkan rakyat Indonsia untuk tetap memiliki semangat dalam berjuang melawan penjajah; atau (2) pidato Bung Tomo saat menggerakkan para pemuda dengan cara membangkitkan semangat juang mereka pada Peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
Persiapan Pidato
Untuk mempersiapkan sebuah pidato yang baik, perlu diperhatikan tujuh langkah berikut.
1.
merumuskan tujuan pidato;
2.
menganalisis pendengar dan situasi;
3.
memilih dan menyampaikan topik;
4.
mengumpulkan bahan.
5.
membuat kerangka;
6.
menguraikan isi pidato secara terperinci; dan
7.
berlatih dengan suara nyaring.
Ketujuh langkah persiapan pidato tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kegiatan, yaitu:
1.
meneliti masalah, yang terdiri atas langkah-langkah (1), (2), dan (3);
2.
menyusun atau menulis naskah pidato, yang terdiri atas langkah-langkah (4), (5), dan (6);
3.
latihan oral, yaitu langkah (7).
Urutan kelompok kegiatan dalam persiapan pidato tersebut di atas tidak boleh diubah. Perubahan urutan dalam hal ini hanya dimungkinkan mengubah urutan langkah yang terdapat pada tipe kelompok, misalnya kelompok kegiatan (1) yang seharusnya terdiri atas kegiatan a, b, dan c, menjadi kegiatan b, a kemudian c, begitu pula pada kelompok kegiatan (2).
Menulis Naskah Pidato
Seperti telah dijelaskan di atas, bahwa pidato dapat dilakukan dengan tanpa menggunakan naskah atau dengan menggunakan kerangka sebagai pedoman atau pegangan, dan atau dengan menggunakan naskah baik dihafal maupun dibacakan. Bila Anda melakukan pidato dengan menggunakan naskah, maka yang pertama kali harus Anda lakukan adalah menyiapkan naskah pidato tersebut.
Untuk dapat menulis naskah pidato secara efektif, Anda harus memiliki pengetahuan tentang teknik menyusun atau menulis naskah pidato. Untuk itu ikutilah uraian berikut.
1. Teknik Menulis Naskah Pidato
Pada uraian di atas telah dijelaskan bahwa menulis/menyusun naskah pidato harus melalui tiga kegiatan yaitu, mengumpulkan bahan, membuat kerangka, dan menguraikan isi naskah pidato secara terperinci. Penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Mengumpulkan Bahan
Setelah Anda meneliti persoalan dan merumuskan tujuan pidato serta menganlisis pendengar, maka Anda sudah siap untuk menggarap naskah pidato. Anda boleh mulai menulis naskah pidato dengan menggunakan hal apa yang telah Anda ketahui mengenai persoalan yang akan Anda bicarakan/sampaikan. Jika hal ini Anda anggap kurang cukup, maka Anda harus mencari bahan-bahan tambahan yang berupa fakta, ilustrasi, cerita atau pokok-pokok yang konkret untuk mengembangkan pidato ini. Tidak ada salahnya Anda bertanya kepada orang/pihak yang mengetahui persoalan yang akan Anda bicarakan. Buku-buku, perturan-peraturan, majalah-majalah, dan surat kabar merupakan sumber informasi yang kaya yang dapat Anda gunakan sebagai bahan dalam rangka menguraikan isi pidato Anda.
b. Membuat Kerangka Pidato
Kerangka dasar dapat Anda buat sebelum mencari bahan-bahan, yaitu dengan menentukan pokok-pokok yang akan dibicarakan, sedangkan kerangka yang terperinci baru dapat Anda buat setelah bahan-bahan selesai Anda kumpulkan. Dengan bahan-bahan itu Anda dapat menyusun pokok-pokok yang paling penting dalam tata urut yang baik, di bawah pokok-pokok utama tadi. Di dalam kerangka ini harus terlihat adanya kesatuan dan koherensi antarbagian Sebagai gambaran perhatikanlah contoh kerangka pidato di bawah ini.
Contoh Kerangka Pidato
Inti dari kerangka pidato adalah: (1) pendahuluan, (2) isi, dan (3) penutup
(1) Pendahuluan: bagian pendahuluan memuat salam pembuka, ucapan terima kasih (bila ada yang diberi ucapan), dan kata pengantar untuk menuju kepada isi pidato; (2) Isi: bagian ini memuat uraian pokok yang terdiri atas topik atau pokok utama dan sub-subtopik yang memperjelas atau menghubungkan dengan topik utama; (3) Penutup: bagian penutup memuat kesimpulan, harapan (bila ada), dan salam penutup.
c. Menguraikan isi pidato
Dengan menggunakan kerangka yang telah Anda buat, ada dua hal yang Anda lakukan: (1) Anda dapat mempergunakan kerangka tersebut untuk berpidato, yaitu berpidato dengan menggunakan metode ekstemporan, dan (2) menulis atau meyusun naskah pidato secara lengkap yang Anda bacakan atau Anda hafalkan.
Bagian-bagian yang terdapat dalam dalam kerangka pidato di atas akan dijelaskan lebih lanjut pada uraian berikut ini.
Butir (1) dan butir(3), yaitu bagian pendahuluan dan bagian penutup tidak memuat inti pembicaraan atau isi pidato, sehingga tidak diuraikan secara terperinci di sini tetapi dapat dilihat langsung pada contoh naskah pidato setelah bahasan ini selesai dibicarakan. Jadi, yang akan diperjelas secara rinci adalah bagian isi. pidato
d. Struktur Isi Pidato
Struktur isi pidato adalah rangkaian isi pidato dari awal hingga akhir. Rangkaian ini disusun agar pidato berlangsung menarik dan tujuan pidato tercapai dengan baik. Ada beberapa cara merangkai isi pidato, antara lain: (1) mengikuti alur dasar pidato, dan (2) mengikuti pola organisasi pidato.
(1) Alur dasar pidato, yaitu rangkaian isi pidato yang mengikuti alur dasar pidato yang bergerak melalui tiga tahap: (a) tahap perhatian, yaitu tahap pertama yang dilakukan pembicara dengan baik; (b) tahap kebutuhan, yaitu tahap yang dilakukan pembicara dalam menjelaskan pentingnya masalah yang akan dibicarakan sehingga pendengar akan berusaha memahami masalah atau hal-hal penting yang disampaikan pembicara. (c) tahap penyajian, yaitu merupakan tahap pembicara menyajikan materi pidato yang telah dipersiapkan melalui naskah kerangka pidato.
Itulah tahap-tahap yang dilalui seorang pembicara dalam menyelesaikan pidatonya, tetapi penjelasan tahap-tahap di atas adalah tahap yang dilalui pada jenis pidato informasi. Sekarang mari kita lihat beberapa pola organisasi pidato yang dapat Anda pilih!
(2) Pola Organisasi Pidato, pola organisasi pidato dapat digolongkan ke dalam tiga tipe besar, yaitu (a) pola uraian; (b) pola sebab, dan (c) pola topik. Baiklah mari ikuti uraiannya.
(a) pola uraian; ada dua macam urutan yang digunakan untuk menyusun/menulis isi pidato, yaitu: urutan kronologis dan urutan ruang. Urutan kronologis, adalah susunan isi yang dimulai dari periode atau data tertentu, bergerak maju atau mundur secara sistematis. Sementara itu, urutan ruang adalah susunan isi yang berurutan berdasarkan kedekatan fisik satu dengan yang lainnya. Umpamanya, membicarakan mulai dari SD A kemudian menunjuk ke SD B yang letaknya paling dekat dengan SD A tadi, dan seterusnya.
(b) pola sebab; sebagaimana terlihat dari namanya, organisasi pidato yang menggunakan pola sebab yang bergerak dari satu analisis sebab di saat ini bergerak ke arah analisis akibat di masa yang akan datang, atau dari deskripsi kondisi di saat ini bergerak ke arah analisis sebab-sebab yang memunculkannya.
(c) pola topik; pola organisasi pidato yang menggunakan pola topik dilakukan apabila materi yang dibicarakan lebih dari satu periode atau kelompok. Oleh karena itu, di dalam isi pidato akan terdapat beberapa subtopik.
Tahap-tahap Menyusun/Menulis Naskah Pidato
Ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam menulis naskah pidato
Memilih Subjek dan Membatasi Tujuan Umum Pidato
(a) Membatasi subjek untuk mencocokkan waktu yang tersedia, menjaga kesatuan dan kepaduan pidato
(b) Menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar pidato (perhatian, kebutuhan, kepuasan, dan lain-lain) atau menurut salah satu pola organisasi.
(c) Memasukkan dan menyusun submateri yang berhubungan di setiap pokok.
(d) Mengisi materi pendukung yang memperkuat atau membuktikan ide.
(e) Memeriksa draft kasar, untuk meyakinkan bahwa subjek telah cukup terekam dan mencerminkan tujuan khusus pidato.
Latihan
Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, kerjakan latihan berikut dengan sungguh-sungguh!
Silakan Anda buat sebuah naskah pidato, untuk ditampilkan di depan orang tua murid kelas 1 baru di SD tempat Anda mengajar. Tujuan pidato adalah menjelas-kan program kerja sekolah kepada orang tua murid.
Pedoman Jawaban Latihan
Untuk memudahkan Anda dalam mengerjakan latihan, ikutilah rambu-rambu di bawah ini!
1. Perlu Anda ketahui bahwa dengan tujuan pidato seperti itu, maka jenis pidato yang tepat adalah pidato informasi.
2. Karena pendengar udah diketahui, Anda akan dapat memprediksi kondisi pendengar dan suasana yang akan terjadi
3. Pilihlah pokok pembicaraan sesuai dengan tujuan pidato. Sesuaikan keluasan pembicaraan dengan waktu yang tersedia (kira-kira 30 menit).
4. Bahan-bahan program kerja sekolah dapat Anda peroleh di sekolah.
5. Susunlah kerangka yang sesuai. Untuk jenis pidato informasi Anda dapat menggunakan alur dasar pidato maupun pola oraganisasi pidato. Pola organisasi yang dapat digunakan adalah urutan kronologis.
6. Jika kerangka sudah disusun, kembangkanlah secara rinci menjadi naskah pidato lengkap!
Rangkuman
Membaca terdiri atas dua bagian, yaitu membaca sebagai proses dan membaca sebagai produk. Strategi keterampilan membaca berpikir terbimbing (AMBT) membantu siswa berinteraksi dengan teks berlandaskan pada pendekatan proses membaca dimulai prabaca, saatbaca, pascabaca. Strategi dirancang untuk meminta siswa memprediksi isi bacaan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilkinya Berdasarkan tujuannya pidato dapat dibedakan atas tiga jenis, yaitu pidato (a) informasi ; (b) persuasi; (c) aksi. Struktur isi pidato dapat mengikuti alur dasar pidato atau pola organisasi pidato. Alur dasar pidato terdiri atas tahap: (a) perhatian; (b) kebutuhan; (c) kepuasan; (d) gambaran (e) tindakan. Pola oraganisasi pidato antara lain pola: (a) urutan; (b) sebab; (c) topik.. Kerangka pidato yang baik, akan berfungsi sebagai berikut: (a) memungkinkan untuk melihat materi yang telah Anda kuasai; (b) memungkinkan untuk memeriksa kelengkapan m in disampaikan. Tahap-tahap menyusun kerangka, adalah sebagai berikut (a) memilih subjek dan membatasi tujuan umum pidato; (b) mengembangkan draft kasar kerangka; (c) menyusun kerangka akhir. Langkah-langkah menyusun naskah pidato: (1) menentukan tujuan pidato; (2) menganalisis pendengar dan suasana; (3) memilih dan menyempitkan pokok pembicaraan; (4) menyimpulkan bahan; (5) menyusun kerangka dan submateri; (6) menguraikan kerangka secara rinci |
Tes Formatif 2
Silanglah huruf A, B, C, dan D yang terdapat di depan alternatif jawaban yang paling tepat!
1. Keterampilan membaca dan menulis sangat erat kaitannya karena ...
A. pelaksananya berinteraksi
B. saling berinteraksi
C. hubungsan saling berinteraksi
D. membaca selalu diakhiri dengan menulis
2. Kegiatan membaca dengan strategi AMBT merupakan proses dan keterampilan...
A. menggolongkan
B. memprediksi
C. menerapkan
D. mengamati
3. Strastegi AMBT berguna untuk membimbing siswa berinteraksi dengan teks berlandas pada ..
A. kemampuan membaca
B. pendekatan proses membaca
C. pendekatan membaca proses
D. sasaran membaca
4. Aktivitas pada prabaca memberi kesempatan kepada siswa untuk ...
A. menentukan ide pokok wacana/paragraf
B. merevisi prediksi awal
C. mengidupakan skemata
D. mengaktifkan skemata dan mengungkapkan pengetahuan yang telah dimiliki
5. Bila Anda menyusun organisasi pidato dengan pola sebab, maka susunan dapat dimulai antara lain sebagai berikut…
A. dari periode tertentu bergerak maju atau mundur secara sistematis
B. dari data yang paling dekat secara fisik menuju ke data terdekat berikutnya
C. dari deskripsi kondisi saat ini ke arah analisis sebab yang memunculkannya
D. dari deskripsi tentang data saat ini ke arah data sebelumnya
6. Bila materi pokok mengenai proses yang terdiri atas rangkaian bagian komponen submateri disusun dari ..
A. daftar fungsi
B. rangkaian sebab
C. bagian dari bukti logis
D. bagian dari suatu keseluruhan
7. Dalam pidato yang ertunjuan mengajak atau menggerakkan, submateri dapat berupa ....
A. bagian dari bukti-bukti logis
B. bagian dari keseluruhan
C. daftar kualitas
D. daftar fungsi
8. Kegiatan dalam tahap mengembangkan draft kasar kerangka antara lain…
A. menyusun tujuan khusus
B. menulis ide pokok dalam kalimat lengkap
C. memasukkna dan menyusun materi
D. menuliskan setiap submateri dengan kalimat lengkap atau kata kunci
9. Menyusun ide pokok menurut tahap-tahap urutan alur dasar pidato atau pola organisasi pidato merupakan kegiatan yang dilakukan dalam tahap ..
A. mengembangkan draft kasar
B. memilih subjek
C. menyusun kerangka akhir
D. membatasi tujuan umum
10. Mengumpulkan bahan pidato dilakukan …
A. sebelum menganalisis pendengar
B. sebelum menyusun kerangka
C. setelah menyusun kerangka
D. sebelum menganalisis suasan
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Subunit 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi Subunit 2 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1. B Perhatian dan kesengajaan memangmerupakan factor yang ada dalam kegiatan menyimak tetapi bukan merupakan factor utama. Sedangkan kesiapan bukan factor menyimak. Faktor utama menyimak adalah pemahaman
2. D lihat penjelasan nomor 1!
3. C menyimak merupaka proses penerimaan pesan. Jadi, sifatnya reseptif. Sedang berbicara merupakan proses penyampaian pesan. Sifsatnya ekspresif. Berbicara merupakan aktivitas komunikasi lisan, sifatnya oral. Menyimak dan berbicara sekaligus merupakan kegiatan yang bersifat saling mengisi dan melengkapai, bersifat resiprokal.
4. C Rudi takut tidak dapat meneruskan cerita jika ia tidak menyimak dengan baik cerita yang dilisankan . Jadi, strategi pembelajaran yang digunakan guru adalah menyelesaikan cerita.
5. D Guru melukiskan letak satu huruf yang terdapat dalam kata malam lepau, dan Perumtel. Siswa diminta agar menebak huruf yang dimaksudkan.
6 A dalam membicarakan kegiatan rencana pembelajaran, liburan atau peringatan pasti ada masalah yang harus dipecahkan bersama atau dirundingkan bagaimana cara mengatasinya. Dalam diskusi dapat terjadi kegiatan pemecahan masalah.
7. D Pada main tebak-tebakan siswa mengajukan pertanyaan yang hanya dapat dijawab dengan ya atau tidak. Dalam bermain peran siswa diminta memerankan tokoh yang ada dalam cerita. Dengan kegiatan memberi petunjuk, siswa dilatih agar dapat berbicara jelas, singkat, dan tepat Aktualisasi strategi menjawab pertanyaan adalah guru mengajukan pertanyaan tentang apa, mengapa, siapa, di mana, dan bilamana, setelah siswa mendengarkan dengan baik sebuah cerita.
8. A Diskusi merupakan percakapan yang bobot pembicaraaanya lebih kompleks daripada percakapan yang dilakukan oleh dua orang. Pengungkapan pendapat memungkinkan terjadinya musyawarah untuk mencari kesepakatan yang dilakukan oleh lebih dari dua orang. Menjawab pertanyaan dilakukan siswa setelah menyimak cerita. Menjawab pertanyaan bukan merupakan kegiataan mengungkapkan pendapat. Dalam dramatisasi, siswa diminta melakonkan cerita.
9. A perntatan dan alasan benar, keduanya menunjukkan hubungan sebab akibat.
10. C Pernyataan benar, alasan salah
Tes Formatif 2
1. B karena keterampilan membaca dan menulis saling berinteraksi
2. B karena kegitan membaca merupakan subketrampilan proses dari keterampilan memprediksi
3. C strategi AMBT berlandas pada pendekatan proses membaca
4. D strategi AMBT berguna untuk mengaktifkan skemata
5. D dari deskripsi saat ini, ke arah analisis sebab yang memunculkannya
6. D bagian dari suatu keseluruhan
7. A bagian dari bukti-bukti logis
8. C memasukkan dan menyusun submateri
9. A mengembangkan drfat kasar
10. B sebelum menyusun kerangka
Daftar Pustaka
Aminuddin. 1997. Isi dan Strategi Pengajaran Bahasa dan Sastra. Malang.
Anderson, P.S. Langauge Skils in Elementaruyy Eduacation. New York: Macmillan Pubshing Co., Inc.
Burns, Pauls C.: Betty D. Roe; dan Elinor P,Ross. 1996. Teaching Reading in Today;s Elementary Schools Boston:Hougthon Mifflin Company
Syafie’e.; Nurhadi dan Roekhan. 1993. Pengajaran Membaca Terpadu. Bahasan Kursus Pebekalan Materi Guru Inti PKG Bahasa dan Sasatra Indoenesia .Jakarta: Dirjen Pendasmen
Cox, Carole. 1999. Teaching Language Arts. USA: Allyn Bacon.
Eanes, R. 1997. Content Area Literacy: Teaching for Today and Tomorrow. Albany: New York: Delmar Publishers.
Depdiknas. 2001. Kamus Besar bahasa Indonesia. Jakarta: balai Pustaka
Puspita, Linda . 2000. Pembelajaran Membaca Pemahaman dengan Strategi Aktivitas Membaca Berpikir Terbimbing Siswa Kelas V SD. Thesis. Malang: universitas Negeri Malang .
Santoso, Puji. 2003. Marteri dan Pembelajarn Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Subana, M. dan Sunarti. Tanpa tahun. Strategi Belajar mengajar Bahasa Indonesia Bandung: Pustaka Setia.
Suratinah dan Prakoso, Teguh. 2003. Pendekatan Pembelakaran Bahasa dan Sastra Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, Djago. 2001. Pendidikan Keterampilan Berbahasa Jakarta:Universitas Terbuka.
Zuchdi, Darmiyati., dan Budiasih. 1997. Pendidikan Bahasa Kelas Rendah. Jakarta: Dikti
Glosarium
Asumsi : dugaan yang dirterim sebagai dasar atau landasan berpikir karena dianggap benar.
Frase : gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif
Ilustrasi : keterangan atau penjelasan tambahan berupa contoh, bandingan, dll. Untuk lebih memperjelas paparan
Intonasi : lagu kalimat
Jeda : hentikan sebentar dalam ujaran
Klausa : satuan gramatikal yang berupa k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar