Hairuddin
Unit 1
Selamat Belajar! Semoga Sukses!
Subunit 1
Prinsip-prinsip Pembelajaran Bahasa Indonesia
Sekolah Dasar dalam Kurikulum
audara, tentunya Anda sudah mendengar bahkan mungkin tidak asing lagi dengan istilah kurikulum berbasis kompetensi atau disingkat menjadi KBK, yang disebut juga Kurikulum 2004. Kurikulum ini mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2004. Kurikulum ini oleh pengembangnya (Pusat Kurikulum dan Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasonal) disebut kurikulum “baru” karena berbeda dengan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum 1994 (Karhami, 2002).
Pada tahun 2006, Badan Nasional Standar Pendidikan (BNSP) telah menyusun contoh Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dlengkapi dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Prinsip-prinsip yang terdapat di dalamnya tidak jauh berbeda dengan Kurikulum 1994 dan 2004. Salah satu persamaannya adalah berbasis kompetensi.
Sebenarnya prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kurikulum-kurikulum tersebut merupakan ramuan dari beberapa prinsip. Pada subunit ini akan disajikan sekilas sejarah singkat, pengertian, dan prinsip-prinsip KBK, yang harus dipedomani dalam mengajarkan bahasa Indonesia. Untuk lebih jelasnya mari kita ikuti paparan berikut ini.
Sejarah Singkat KBK
Saudara, KBK hingga sekarang masih merupakan suatu gagasan, walaupun sudah diberlakukan di sekolah-sekolah. Mengapa dikatakan demikian? Karena sampai saat ini KBK belum ditandatangani oleh Preseiden Republik Indonesia. Kurikulum berbasis kompetensi (competency based curriculum, CBC) ini sebenarnya bukan barang baru. Pada tahun 1970-an gagasan mengenai KBK ini sudah dikembangkan di Amerika dengan istilah yang agak berbeda (Hasan, 2002:5). Bahkan, pendidikan dan latihan berbasis kompetensi telah dilaksanakan sejak 1960-an di Amerika (Sukmadinata, 2004:28). Di negeri kita sendiri, gagasan mengenai KBK ini telah dikembangkan dan dilaksanakan di lembaga pendidikan guru pada tahun 1980-an dengan Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi (competency based teacher education, CBTE). Namun, sejak tahun 1990-an CBTE ini tidak diberlakukan lagi di lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), digantikan dengan kurikulum yang sebenarnya lebih “kuno” sampai sekarang.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia, KBK secara de fakto telah dilaksanakan sejak berlakunya Kurikulum1994 walaupun tidak secara utuh. Hal ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pada Kurikulum 1994 pun, tujuan akhir dari pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik memiliki kompetensi komunikatif. Kompetensi komunikatif ini dalam KBK yang berlaku sekarang juga merupakan capaian akhirnya. Kompetensi ini meliputi keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis (Departemen Pendidikan Nasional, (2001: 12-13).
Pengertian KBK
KBK adalah kurikulum yang didasarkan atas prinsip relevansi, terutama relevansi pendidikan dengan dunia kerja. Kurikulum yang baik adalah kurikulum yang dapat menghasilkan lulusan yang dibutuhkan oleh masyarakat, terutama masyarakat industri dan dunia kerja. Oleh karena itu, kurikulum ini berusaha “menerjemahkan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh manusia untuk hidup di masyarakat dengan seperangkat kompetensi yang diajarkan di sekolah. Di samping itu, yang termasuk dalam kebutuhan itu juga dengan masalah sosial-budaya, moral, dan sebagainya (Ansyar, 2002; Hasan, 2002; Sukmadinata, 2004).
Prinsip-prinsip KBK
Saudara, bila kita cermati pada hakikatnya antara KBK dan Kurikulum 1994 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak ada perbedaan yang sangat mencolok (signifikan). Seperti yang diungkapkan dalam berbagai bahan sosialisasi (Departemen Pendidikan Nasional, 2001), antara Kurikulum 1994 terdapat persamaan dalam hal indikator hasil belajar, komponen, tujuan, prinsip pembel-ajaran, dan kegiatan pembelajaran. Indikator hasil belajar dalam kedua kurikulum itu sama yaitu aktivitas belajar yang tecermin pada empat keterampilan berbahasa. Tujuan pembelajaran mencakup tiga komponen, yaitu pemahaman, penggunaan, dan kebahasaan. Prinsip pembelajaran yang digunakan KBK sama dengan Kurikulum 1994, yaitu terpadu, berkesinambungan, dan berdasarkan konteks pengalaman peserta didik yang alamiah. Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan menyajikan secara jelas kompetensi yang dicapai dengan memberikan kesempatan kepada guru/sekolah/daerah untuk mengembangkan potensinya.
Saudara, jika kita perhatikan rambu-rambu pada KBK dan Kurikulum 1994 juga terdapat persamaan prinsip-prinsip pembelajaran yang digunakan oleh kedua kurikulum tersebut (Anda dapat membaca lebih lanjut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1995).
Kedua kurikulum ini memuat beberapa butir rambu-rambu yang sama atau mirip, misalnya sebagai berikut.
1.
Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik berkomunikasi dalam bahasa Indonesia.
2.
Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan keterampilan berbahasa juga untuk meningkatkan kemampuan memperluas wawasan.
3.
Kompetensi dasar mencakup aspek mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, bersastra, dan kebahasaan. Aspek-aspek tersebut mendapat porsi yang seimbang dan disajikan secara terpadu.
Beberapa prinsip KBK lebih berkembang, lebih rinci, dan lebih disesuaikan dengan perkembangan berbagai konsep dan kebijakan global. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah pembelajaran sastra bertujuan memperhalus budi pekerti; kewenangan daerah dapat mengembangkan silabus dan materi; penilaian menggunakan pendekatan berbasis kelas, dilaksanakan secara terpadu, Berkesinambungan, terbuka, adil, menyeluruh, dan menggunakan berbagai alat penilaian, (Departemen Pendidikan Nasional, 2003a).
Saudara, dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan (Departemen Pendidikan Nasional, 2003b) yaitu sebagai berikut.
1.
Berpusat pada peserta didik.
2.
Mengembangkan peserta didik.
3.
Meciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.
4.
Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai.
5.
Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.
6.
Belajar melalui berbuat.
Sementara itu, Sukmadinata (2004:190—191) mengemukankan prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan KBK, sebagai berikut.
1.
Menekankan pembelajaran yang bermakna.
2.
Menggunakan metode dan media yang bervariasi.
3.
Menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.
4.
Memberikan pengalaman belajar yang kaya: mendapatkan, mengolah/ mengembangkan, mengaplikasikan teori/konsep, memecahkan masalah, dan menemukan hal baru.
5.
Memberikan keseimbangan antara kegiatan klasikal, kelompok, dan individual.
6.
Memberikan keseimbangan antara teori dan praktik, di kelas, di luar kelas, dan di lapangan.
7.
Memprioritaskan suasana pembelajaran yang atraktif, motivatif, kooperatif, dan bersahabat.
Pelaksanaan prinsip-prinsip tersebut diwujudkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang efektif, kontekstual, dan bermakna. Hal ini dimaksudkan untuk mengembangkan dan meningkatkan kompetensi, kreativitas, kemandirian, kerjasama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi, dan kecakapan hidup peserta didik yang pada gilirannya dapat membentuk watak serta meningkatkan peradaban dan martabat bangsa. Oleh karena itu, dalam kegiatan belajar-mengajar guru harus menggunakan berbagai metode/strategi untuk mencapai kompetensi tertentu.
Sementara itu, Departemen Pendidikan Nasional (2003b) mengemukakan ciri-ciri kegiatan belajar-mengajar yang menunjang pencapaian kompetensi individual yang meliputi sebagai berikut.
1.
Pembalikan makna belajar.
2.
Berpusat pada peserta didik.
3.
Belajar dengan mengalami.
4.
Mengembangkan keterampilan sosial, kognitif, dan emosional.
5.
Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan.
6.
Belajar sepanjang hayat.
7.
Perpaduan kemandirian dan kerjasama.
Selama ini belajar diartikan sebagai transfer pengetahuan dari guru kepada peserta didik. Pandangan ini harus diubah dengan makna yang “sebaliknya”, yaitu belajar adalah membangun pemahaman peserta didik melalui dorongan, pancingan, pertanyaan, dan arahan dari guru. Dalam hal ini yang aktif mengolah informasi adalah peserta didik sendiri sehingga pengalaman belajar mereka lebih mantap.
Dengan berpusat pada peserta didik berarti bahwa kegiatan pembelajaran harus memperhatikan karakteristik peserta didik secara individual maupun kelompok. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran, media, waktu belajar, dan penilaian hasil belajar dapat beragam sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dengan belajar melalui pengalaman berarti bahwa guru hendaknya memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendapatkan pengalaman dari situasi nyata, buatan, atau tiruan, dengan jalan mengamati, merasakan, atau menggunakan indera dan perasaannya. Selanjutnya, peserta didik juga harus didorong untuk mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, dan emosional dengan berbagai strategi. Di samping itu, keingintahuan, imajinasi, dan fitrah ber-Tuhan juga harus dikembangkan serta pendidikan sepanjang hayat hendaknya dilaksanakan dan harus dijaga keseimbangannya antara kemandirian dan kerjasama.
Untuk membantu menjajagi pemahaman terhadap materi yang telah Anda pelajari, cobalah Anda kerjakan latihan berikut ini secara individual. Diskusikanlah hasilnya dalam kelompok Anda. Gunakan rambu-rambu yang tersedia agar diskusi terarah ke jawaban yang tepat.
Latihan
Untuk mengetahui pemahaman Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah latihan berikut!
1.
Jelaskanlah persamaan prinsip-prinsip pembelajaran yang terdapat dalam KBK dan Kurikulum 1994!
2.
Jelaskanlah pula perbedaannya!
3.
Bagaimana pula perbedaan dan persamaannya kedua kurikulum di atas dengan KTSP?
Untuk mengerjakan tugas tersebut, Anda dapat memperhatikan rambu-rambu antara lain: a) lihat dari sisi peserta didiknya, b) tujuan akhir yang akan dicapai, dan c) cara penyajian aspek-aspek bahasa.
Pedoman Jawaban Latihan
1.
Persamaan dari sisi peserta didiknya, kedua-duanya sama-sama berpusat pada peserta didik. Tujuan akhir keduannya adalah terampil berkomunikasi dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Cara penyajian aspek-aspek bahasa menganut pendekatan terpadu.
2.
Perbedaannya, pada Kurikulum 1994 ada pembagian waktu, sedangkan pada Kurikulum 2004, materi yang tercantum berlaku untuk satu tahun tanpa ada pem-
3.
Kurikulum 1994, 2004, dan KTSP memiliki persamaan pada sisi peserta didik, tujuan akhir pembelajaran, dan cara penyajian keempat aspek keterampilan berbahasa. KTSP lebih cenderung sama dengan Kurikulum 1994.
Rangkuman
Kurikulum 2004 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Oleh karena itu, kurikulum ini disebut Kurikulum Berbasis Kompetensi atau disingkat KBK. KBK sudah dikembangkan sejak tahun 1970-an di Amerika Serikat. Di Indonesia, kurikulum tersebut sudah dikenal dan digunakan sejak tahun 1980-an di lingkungan lembaga pendidikan guru. Sejak tahun 1990-an, kurikulum itu tidak digunakan lagi. KBK adalah kurikulum yang didasarkan pada prinsip relevansi, terutama relevansi dengan dunia kerja. Prinsip KBK pada hakikatnya tidak jauh berbeda dengan prinsip yang terdapat dalam Kurikulum 1994, terutama dalam hal indikator hasil belajar, yaitu peserta didik mampu berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Pembelajaran lebih ditekankan pada empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. |
Tes Formatif 1
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi di atas, kerjakanlah tes formatif 1 berikut ini.
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1. Pada hakikatnya KBK sudah digunakan di Indonesia sejak tahun..., tetapi belum pada semua jenis dan jenjang pendidikan.
A.
1960-an
B.
1970-an
C.
1980-an
D.
1994
2. CBTE merupakan padanan dari singkatan….
A.
PGBK
B.
KBK
C.
LPTK
D.
CBC
3. Prinsip relevansi dalam KBK dikaitkan dengan tujuan pembelajaran ….
A.
menghasilkan lulusan yang dapat meneruskan sekolah ke jenjang berikutnya
B.
yang sesuai dengan dunia pendidikan di negeri kita
C.
memperoleh tenaga terampil yang dibutuhkan oleh masyarakat
D.
tenaga ahli yang sesuai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
4. Perbedaan yang mencolok antara Kurikulum 1994 dengan KBK terletak pada….
A.
tujuan pembelajaran yang diinginkan
B.
pelaksanaan penyajian bahan
C.
alokasi waktu dalam kurikulum
D.
prinsip penilaian
5. Berikut ini beberapa persamaan yang terdapat pada prinsip-prinsip KBK dengan Kurikulum 1994, kecuali ….
A.
indikator hasil belajar
B.
komponen
C.
pembagian waktu dalam kurikulum
D.
berpusat pada peserta didik
6. Berikut ini komponen tujuan pembelajaran yang terdapat dalam KBK mata pelajaran Bahasa Indonesia SD, kecuali ….
A.
kemandirian
B.
pemahaman
C.
penggunaan
D.
kebahasaan
7. Berikut ini aspek keterampilan berbahasa yang termasuk komponen tujuan tulis berbahasa adalah....
A.
membaca
B.
menyimak
C.
berbicara
D.
mendengarkan
8. Prinsip pembelajaran yang memasukkan materi aspek kebahasaan ke dalam salah satu keterampilan berbahasa termasuk prinsip ….
A.
keterpaduan
B.
kesinambungan
C.
berdasarkan konteks
D.
berdasarkan pengalaman
9. KBK memberikan kewenanangan untuk mengembangkan potensinya kepada pihak- pihak berikut, kecuali ….
A.
peserta didik
B.
para pendidik
C.
sekolah
D.
pemerintah daerah
10. Menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar merupakan salah satu prinsip belajar yang diungkapkan oleh …
A.
Sukmadinata
B.
Hasan
C.
Depdiknas
D.
Depdikbud
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Subunit 1.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan Subunit 2. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali Subunit 1 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Subunit 2
Prinsip Kontekstual, Fungsional,
Integratif, dan Apresiatif
ada Subunit 1, Anda telah mempelajari prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa Indonesia SD dalam kurikulum. Di dalamnya dijelaskan bahwa Kurikulum 2004 pada hakikatnya adalah kurikulum yang biasa disebut dengan KBK. Dalam kurikulum ini, kita dianjurkan melaksanakan prinsip kontekstual, integratif, dan fungsional. Agar kita dapat melaksanakan ketiga prinsip tersebut mari kita ikuti paparan berikut.
Prinsip Kontekstual
Saudara, apa yang dimaksud dengan prinsip kontekstual itu? Purnomo (2002:10) mengungkapkan bahwa kontekstual adalah pembelajaran yang dilakukan secara konteks, baik konteks linguistik maupun konteks nonlinguistik. Sementara Depdiknas (2002:5) menjelaskan bahwa pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen untuk pembelajaran efektif, yaitu konstruktivisme, bertanya, menemukan, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian sebenarnya.
1. Konstruktivisme (Constructivism)
Dalam teori konstruktivisme dijelaskan bahwa struktur pengetahuan dikembangkan oleh otak manusia melalui dua cara, asimilasi dan akomodasi. Asimilasi maksudnya struktur pengetahuan baru dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah ada. Sementara itu, akomodasi adalah struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan hadirnya pengalaman baru. Bagaimana pelaksanaannya di kelas dalam pembelajaran bahasa Indonesia sehari-hari adalah dapat diwujudkan dalam bentuk peserta didik disuruh menulis/mengarang dan atau bercerita di depan kelas.
2. Menemukan (Inquiry)
Komponen inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan dari hasil menemukan sendiri. Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
a.
Merumuskan masalah
b.
Mengamati/melakukan observasi
c.
Menganalisis dan menyajikan hasil
d.
Mengkomunikasikan kepada pembaca
3. Bertanya (Questioning)
Bertanya merupakan strategi utama dalam pembelajaran berbasis kontekstual. Tujuan bertanya adalah untuk menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian kepada aspek yang belum diketahuinya. Kegiatan bertanya dapat diterapkan dalam bentuk ketika peserta didik berdiskusi, bekerja dalam kelompok, menemui kesulitan, mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya ini dapat dilakukan antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, peserta didik dengan guru, peserta didik dengan nara sumber.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Ciri kelas berbasis masyarakat belajar adalah pembelajaran dilakukan dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama. Kelompok belajar disarankan terdiri atas peserta didik yang kemampuannya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang sudah tahu membimbing yang belum tahu, yang memiliki gagasan segera menyampaikan usulnya. Kelompok belajar bisa bervariasi, baik jumlahnya, maupun keanggotaannya, bisa juga melibatkan peserta didik di kelas atasnya.
5. Pemodelan (Modeling)
Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan model atau contoh yang perlu ditiru. Anda yang merasa kurang mampu membacakan puisi, atau bermain drama, tidak perlu cemas karena guru bukan satu-satunya yang dapat dijadikan model. Anda dapat meminta kepada teman sejawat, atau mendatangkan pihak luar, pembaca puisi, atau pemain drama yang sudah terkenal. Dengan demikian Anda pun dapat melaksanakan pembelajaran puisi drama lewat model tadi. Demikian pula pembelajaran menulis/mengarang kita dapat memberikan contoh-contoh tulisan yang baik yang telah kita pilih.
6. Refleksi (Reflection)
Anda mungkin sudah mendengar istilah “refleksi”, tetapi jangan keliru dengan refleksi yang berkaitan dengan dunia “urut” atau “panti pijat”. Refleksi yang dimaksud di sini adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa yang baru dilakukan. Refleksi juga merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukan atau pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran, kita menyediakan waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi. Kegiatan refleksi ini diwujudkan dalam bentuk:
a.
pernyataan langsung tentang semua yang diperolehnya,
b.
catatan di buku peserta didik,
c.
kesan dan saran peserta didik tentang pembelajaran yang telah
d.
berlangsung,
e.
diskusi; dan
f.
hasil karya.
7. Penilaian yang sebenarnya (Authentic Assessment)
Penilaian pembelajaran berbasis kontekstual ini dilakukan dengan mengamati peserta didik menggunakan bahasa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Kemajuan belajar juga dinilai dari proses, bukan semata-mata dari hasil. Penilaian bukan hanya oleh guru, melainkan bisa juga dari teman atau orang lain. Asesmen autentik dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan dan terintegrasi. Asesmen tersebut pun dilaksanakan untuk keterampilan performansi.
Prinsip Integratif
Mungkin Anda pernah mendengar bahwa salah satu hakikat bahasa adalah sebuah sistem. Apa yang Anda dengar itu, memang benar. Salah satu hakikat bahasa adalah suatu sistem. Hal ini senada dengan pendapat Maksan (1994: 2) yang mengatakan, bahwa bahasa adalah suatu sistem. Hal tersebut berarti suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi.
Manakah yang dimaksud dengan subsistem dari bahasa itu? Tentu Anda masih ingat. Subsistem bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Keempat subsistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinya, pada saat kita menggunakan bahasa, tidak hanya menggunakan salah satu unsur tersebut saja. Pada waktu berbicara, kita menggunakan kata. Kata disusun menjadi kalimat. Kalimat diucapkan dengan menggunakan intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini, secara tidak sadar, kita telah memadukan unsur fonologi (lafal, intonasi), morfologi (kata), sintaksis (kalimat), dan semantik (makna kalimat).
Berdasarkan kenyataan di atas, maka pembelajaran bahasa hendaknya tidak disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran Bahasa Indonesia harus secara terpadu atau terintegratif. Kita mengajarkan kosa kata, bisa dipadukan pada pembelajaran membaca, menulis, atau berbicara. Mengajarkan kalimat, bisa kita padukan dengan menyimak, berbicara, membaca, atau menulis.
Demikianlah pula pada saat pembelajaran keempat aspek keterampilan berbahasa disajikan, kita tidak hanya mengajarkan berbicara saja, tetapi secara tidak langsung kita pun mengajarkan menyimak. Kegiatan berbicara tidak dapat berlangsung tanpa ada kegiatan menyimak. Begitu pula pada saat pembelajaran menulis atau mengarang berlangsung, akan berpadu pulalah dengan pembelajaran membaca.
Jadi jelaslah, bahwa pembelajaran bahasa Indonesia tidak dapat disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran bahasa Indonesia harus diajarkan secara terpadu.
Prinsip Fungsional
Saudara, tentunya Anda tidak asing lagi dengan Kurikulum 2004. Dalam kurikulum ini dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran bahasa Indonesia adalah agar peserta didik dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan baik dan benar. Hal ini sejalan dengan prisip pembelajaran bahasa yang fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya, baik dalam berkomunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk hidup (Purnomo, 2002: 10-11).
Prinsip fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas. Guru bukanlah satu-satunya pemberi informasi dan sumber belajar. Sebaliknya, guru sebagai penerima informasi (Hairuddin, 2000:136). Jadi pembelajaran didasarkan pada multisumber. Dengan kata lain, sumber belajar terdiri atas guru, peserta didik, dan lingkungan. Lingkungan terdekat adalah kelas. Lebih tegas lagi Tarigan (dalam Hairuddin, 2000: 136) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan komunikatif peran guru adalah sebagai pembelajar dalam proses belajar-mengajar, di samping sebagai pengorganisasi, pembimbing, dan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa di kelas yang fungsional ini adalah menggunakan teknik bermain peran.
Prinsip Apresiatif
Saudara, akhirnya pembicaraan kita sampailah pada prinsip apresiatif. Apa sebenarnya prinsip apresiatif ini? Prinsip apresiatif lebih ditekankan pada pembelajaran sastra. Istilah prinsip apresiatif berasal dari kata kerja dalam bahasa Inggris ”appreciati” yang berarti menghargai, menilai, menjadi kata sifat “appresiative” yang berarti senang (Echols dan Shadely, Hasan, 1993:35). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988:46) kata “apresiasi” berarti “penghargaan”. Dalam buku ajar ini istilah apresiatif dimaknai yang “menyenangkan”. Jadi prinsip apresiatif berarti prinsip pembelajaran yang menyenangkan.
Menilik artinya tersebut berarti prinsip ini tidak hanya berlaku bagi pembelajaran sastra, tetapi juga bagi pembelajaran aspek yang lain, bahkan untuk mata pelajaran di luar mata pelajaran bahasa Indonesia. Namun, karena yang menggunakan istilah ini hanya pembelajaran sastra, seperti yang tercantum dalam Kurikulum 2004, apresiasi sastra merupakan salah satu komponen dari standar kompetensi di SD dan MI (madrasah ibtidaiyah) yang diintegrasikan pada aspek keterampilan mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis.
Saudara, sekarang timbul pula pertanyaan bagaimana pembelajaran sastra yang menyenangkan itu? Pembelajaran sastra yang menyenangkan adalah yang mengagumkan. Bagaimana pula ciri pembelajaran yang menyenangkan itu? Mudah saja, kita perhatikan peserta didik kita pada saat kita bercerita. Umpamanya kita bercerita tentang “Kerbau dan Harimau” seperti berikut.
KERBAU DAN HARIMAU Sudah berbulan-bulan hujan tak turun. Pepohonan rontok dan gugur. Yang masih bertahan hanya daunnya yang kuning serta layu. Bahkan, rumput pun tak ada yang tumbuh karena kemarau terlalu amat sangat. Pada kemarau yang amat terik itu, tersebutlah ada seekor kerbau yang sudah kurus kurang makan. Padang rumput tempat ia dan kawan-kawannya makan sudah kering. Segala rerumputan mati. Tadinya kerbau itu hidup bersama-sama dengan beberapa kerbau lainnya, merupakan kawanan. Tetapi seekor demi seekor kerbau-kerbau lainnya mati kehausan dan kelaparan. Sekarang tinggallah ia sendiri. Tubuhnya kurus. Tulang-tulangnya menonjol, seolah-olah mau keluar dari kulit yang membalutnya. Karena hutan tempat tinggalnya sudah gersang kepanasan, kerbau itu berangkat tak bertujuan mencari padang rumput yang hijau. Sudah sekian lamanya ia mencari tempat, tetapi sia-sia saja tak ditemukannya tempat yang diinginkannya. Makin lama makin jauh saja kerbau itu berjalan. Akhirnya ia masuk ke sebuah hutan asing, tempat tinggal sang Harimau Kurus. Kerbau itu tidak tahu bahwa dalam hutan itu ada seekor harimau. Kalau tahu tentu ia takkan masuk ke situ. Dulu dalam hutan itu banyak binatang-binatang lainnya yang menjadi makanan sang Harimau Kurus. Tetapi karena sang Harimau terlalu ganas, binatang-binatang itu pada melarikan diri. Dan karena tak ada lagi binatang yang menjadi mangsanya, Harimau itu kelaparan dan tubuhnya semakin susut, sampai dia mendapat gelar Sang Harimau Kurus pula. Sang Harimau Kurus amat heran melihat ada kerbau yang masuk ke hutan tempat tinggalnya itu. Ia berkata dalam hati: “Nah, rupanya hari ini nasib baik datang padaku. Sudah lama aku kelaparan, sekarang datang seekor kerbau untuk menjadi mangsa. Biarpun kurus, tentu ia bisa mengobati laparku buat sementara.” Sesudah berpikir demikian, sang Harimau Kurus mengaum, menakut-nakuti sang Kerbau: “Hai Kerbau, mengapa kau berani masuk ke dalam hutan kerajaanku ini?” Sang Kerbau terkejut. Tubuhnya gemetar saking lapar dan ketakutan. Dilihatnya seekor harimau kumbang matanya bersinar menyala-nyala, siap akan menerkam. Dengan memberanikan diri, sang Kerbau menjawab: “Wah, Tuanku! Bukan maksud hamba sembarangan masuk ke dalam kerajaan Tuanku. Tetapi hamba datang ke sini lantaran kesasar, mencari makanan rumput tak juga dapat.” “Kesasar atau tidak, tetapi kau sudah ada di sini. Tentu akan kumakan.” “Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun. Lihatlah tubuh hamba yang kurus ini. Tentu hanya tulang saja yang akan Tuanku santap. Apakah gunanya Tuanku memakan hamba yang hina dina ini?” “Baiklah, aku kasihan juga padamu. Kau takkan kumakan sekarang, karena tubuhmu kurus betul. Sekarang begini saja, aku mempunyai sebidang tegalan rumput yang hijau, tak pernah dimakan binatang lainnya. Kau akan kuperbolehkan makan di tegalan rumput itu hingga tubuhmu gemuk. Kalau nanti tubuhmu sudah gemuk, kau mesti datang padaku serta bersedia kumakan”. Beberapa jenak lamanya sang Kerbau termenung. Ia tak bisa segera menjawab. Ia sungguh bingung. Kalau ia menolak permintaan sang Harimau, tentu seketika itu juga tubuhnya diterkam oleh raja hutan itu tanpa ampun lagi. Sebaliknya kalau perjanjian itu ia terima, tentu nanti kalau sudah gemuk pasti ia dimakan oleh sang Harimau. Tak satu pun pilihan yang dapat dipilihnya. Tetapi, daripada ia diterkam seketika itu juga, lebih baik nanti saja. Maka diambilnyalah keputusan: “Baiklah sang Harimau, hamba terima perjanjian itu. Manakah tegalan rumput itu?” “Syukurlah. Mari kuktunjukkan padamu di mana tegalan rumput itu.” Lalu sang Kerbau berjalan mengikuti sang Harimau menuju sebuah tegalan rumput. Tegalan rumput itu meskipun tak hijau lagi karena ditimpa kemarau, namun tak habis tandas dimakan binatang. Segera sang Kerbau makan rumput yang sudah lama diimpikannya dengan lahap. Sang Harimau pun pergi pula mencari mangsa lain. Sang Harimau akan menengok kerbau tersebut setiap hari Jumat. Pada hari Jumat yang pertama, dilihatnya kerbau itu sudah mulai gemuk. Jalannya sudah tegap, tidak lagi terhuyung-huyung seperti seminggu sebelumnya. Pada hari Jumat yang kedua kerbau itu sudah gemuk pula. “Wah, takkan lama lagi tentu aku akan makan besar,” pikir sang Harimau. Sementara itu, sang kerbau pun tak henti-hentinya mencari akal agar ia bisa meloloskan diri dari bahaya maut. Ia tak mau menjadi mangsa harimau. Pada hari Jumat yang ketujuh, tubuh sang kerbau sudah gemuk benar. Kelihatannya kehitam-hitaman tanda sehat. Hampir tak ada tanda-tanda bahwa ia dulu seekor kerbau kurus yang terhuyung-huyung hampir mati. Melihat bahwa saat perjanjian sudah tiba, sang Harimau mendekati sang Kerbau dan katanya: “Nah, sekarang kau sudah gemuk, tinggal aku saja yang masih kurus. Sudah tiba saat perjanjian kita dahulu. Kau akan kumakan.” “Hamba pasrah. Tapi kalau tuanku mengizinkan hamba minta tuanku beri kesempatan untuk menemui sahabat kental hamba. Sebelum ajal tiba, hamba ingin bersua dulu dengan sahabat hamba itu, agar ia tidak kehilangan hamba.” “Baik. Tapi jangan terlalu lama aku menunggu.” “Tidak.” Lalu sang Kerbau berjalan cepat-cepat. Ia berjalan setengah lari. Tak tahu ke mana akan menuju. Karena sesungguhnya ia tak mempunyai sahabat. Kawan-kawannya sudah mati semua karena kemarau yang amat sangat. Ia berkata begitu kepada sang Harimau hanya akal semata-mata, agar ia bisa melepaskan diri dari bahaya maut. Setelah beberapa lamanya sang kerbau berjalan cepat, nafasnya sudah memburu tanda lelah. Di bawah sebatang pohon, ia berhenti. Di sana ia merenung saking bingung. memikirkan ke mana ia akan pergi supaya terlepas dari ajal. Kebetulan di atas pohon ittu ada seekor lutung. Lutung itu sudah lanjut usianya. Melihat ada seekor kerbau merenung seolah bingung, lutung tersebut merasa kasihan. Lalu ia turun ke dahan yang rendah, di atas punggung sang kerbau. “Mengapa engkau nampak seperti begitu, kawanku? Apakah yang menyusahkan hatimu?” Kerbau itu terkejut. Ketika dilihatnya seekor lutung, hatinya agak gembira. “Siapa tahu lutung tersebut bisa memberi petunjuk agar aku dapat keluar dari kebingungan ini,” pikirnya. “Benar dugaanmu, kawan. Aku memang sedang bingung.” …………………………………………………………………………………………….. |
(Ajip Rosidi dalam Rusyana dkk.(1982:52—54)
Cerita dihentikan dengan tiba-tiba. Perhatikan bagaimana keadaan dan sikap atau tanggapan peserta didik Anda. Kalau terlihat mereka kecewa, berarti cerita Anda menarik. Berikutnya, guru mengajukan pertanyaan.
Guru: “Bagaimana perasaanmu terhadap nasib kerbau tadi?”
Peserta didik: “Kasihan, Pak!”
Guru: “Mau diteruskan?”
Peserta didik: “Mau, teruskan Pak!”
Kalau dialog seperti di atas berlangsung di kelas Anda, berarti Anda berhasil membuat peserta didik kagum, menyenangkan, dan menarik.
Nah, itulah Saudara sekedar ilustrasi dari materi pembelajaran yang apresiatif. Cerita bisa juga diteruskan oleh anak-anak. Walaupun mungkin hampir sama atau bahkan mungkin tidak sama dengan cerita yang semestinya. Hal ini tidak masalah. Tujuan kita hanya membangkitkan minat anak dan melatih mereka berimajinasi atau berfantasi.
Silakan Anda mencoba di kelas Anda, dengan judul cerita yang berbeda.
Contoh dalam pembelajaran di kelas dapat Anda ikuti berikut ini.
Contoh 1
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : V (lima)/1 (satu)
Waktu : 2 jam pelajaran
A. Standar Kompetensi
Memahami penjelasan nara sumber dan cerita rakyat secara lisan
B. Kompetensi Dasar
Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya
C. Indikator
Menceritakan kembali secara tertulis dengan kalimat runtut dan mudah dipahami
D. Tujuan
Peserta didik dapat menceritakan kembali dongeng yang didengarnya dengan kalimat runtut dan mudah dipahami secara tertulis.
E. Materi Pokok
Cerita Rakyat (dongeng dari Musi Banyuasin Sumatera Selatan)
Ikan Bujuk Tupai Pada suatu hari di tepi Sungai Musi, seekor tupai melompat-lompat akan minum. Bertemulah tupai dengan ikan gabus (ikan bujuk) penghuni air yang tinggal tidak jauh dari situ. Kedua makhluk hidup itu semakin hari semakin akrab. Karena akrabnya, keduanya sepakat untuk memanggil dengan sapaan mesra, yakni tupai memanggil ikan bujuk “tali ati” (yang berarti pengikat hati), sedangkan ikan bujuk memanggil tupai “tali nyawa” (artinya pengikat nyawa). Makna sapaan itu ialah antara hati dan nyawa tidak dapat dipisahkan. Pagi itu tidak biasanya tupai tidak minum air sungai, seperti biasa ikan bujuk menunggu kedatangan sahabatnya. Namun, dari waktu ke waktu tupai tidak muncul juga. Akhirnya ikan bujuk mendatangi kediaman tupai. Betapa terkejutnya bujuk mengetahui tupai sahabatnya sakit. “Tali Ati, (panggilan ikan bujuk) aku sudah berobat namun belum sembuh juga” kata tupai. “Tali nyawa, ada tabib di hulu sungai yang sangat pintar”, kata bujuk. “Sudah, katanya penyakitku dapat disembuhkan kalau aku makan telur ayam kampung”, ucap tupai dengan suara parau. Sampai di rumah ikan bujuk memutar otak agar bisa mendapatkan telur ayam kampung sebagai obat sahabatnya. Barulah ia teringat kalau setiap hari ada seorang putri yang mandi di sungai di dekat rumahnya. Pagi itu seorang putri mandi sambil membawa gerigi (tempat air yang terbuat dari bambu besar). Ketika putri mengambil air, tanpa sepengetahuannya, bujuk masuk dalam gerigi. Sampai di rumah sang putri, gerigi diletakkan di bawah tangga naik rumah panggung. Tiada petir dan tiada guruh, tiba-tiba hujan deras melanda desa itu. Air hujan seperti ditumpahkan dari langit. Selang beberapa waktu, permukaan air musi naik dan membanjiri desa itu, tidak terkecuali gerigi di bawah tangga rumah ikut tenggelam. Secepat kilat bujuk keluar dari gerigi mencari kandang ayam. Ia tahu betul kalau manusia selalu memelihara ayam di bawah rumah panggung. Tanpa kesulitan ikan bujuk dapat menemukan kandang ayam yang sudah digenangi air. Tanpa menyia-nyiakan kesempatan bujuk mengambil salah satu telur yang sudah ditinggalkan induknya. Dengan cara dikulum, telur dibawa menuju rumah tupai. “Tali nyawa, aku datang dengan membawa telur ayam” kata bujuk dengan penuh kasih sayang. “Terima kasih, tali ati sahabatku”, jawab tupai dengan riang. Kemudian telur itu dimakan dan sembuhlah si tupai itu. Beberapa tahun kemudian, ikan bujuk yang sakit. Tupai sedih sekali melihat sahabatnya tergolek tak berdaya. Kata pawang di hilir sungai, penyakit bujuk dapat disembuhkan dengan cara bujuk harus makan hati buaya. Sampai di rumah tupai memikirkan cara untuk mendapatkan hati buaya. Tidak lama kemudian, ia mendengar berita bahwa di hulu sungai ada seekor buaya yang sedang mengamuk. Betul juga tupai mendapati buaya di sungai sedang mengamuk, benda apa pun di dekatnya langsung ditelannya. Tupai memutar otak untuk dapat masuk ke dalam perut buaya. Akhirnya tupai melubangi kelapa dan ia masuk ke dalamnya. Kemudia kelapa dihanyutkan di sungai. Setelah kelapa hanyut di dekat buaya, kelapa tersebut langsung disambar dan ditelannya bulat-bulat. Setelah di dalam perut buaya, tupai keluar dari kelapa. Dengan leluasa tupai melihat isi perut buaya. Dengan tidak menyia-nyiakan kesempatan digigitlah hati buaya. Buaya kesakitan dan mati terdampar di pinggir sungai. Tupai keluar dari mulut buaya. Ia langsung menuju rumah sahabatnya, si bujuk. Sesampai di rumah bujuk, hati buaya diserahkannya dan langsung dimakan oleh si bujuk. Tidak lama kemudian berkat kebesaran Tuhan, ikan bujuk sembuh dari sakitnya. “Terima kasih tali nyawa, sahabatku”, kata ikan bujuk “Semoga persahabatan kita abadi”, kata tupai dan bujuk serentak. Keduanya berpelukan dengan mesranya. (Supriyadi, 2006:82—84). |
F. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
a. Apersepsi, anak menjawab pertanyaan-pertanyaan guru yang berkaitan dengan dongeng atau cerita rakyat.
Contoh: Pernahkah kalian mendengar dongeng? Senangkah kalian mendengarkan dongeng? Dongeng apa saja yang pernah didengar? Coba sebutkan dongeng-dongeng yang ada atau terjadi di daerah kita?
Setelah anak menjawab, kita teruskan dengan pertanyaan berikutnya. Mau kalian mendengar cerita Bapak? (Cerita bisa langsung disampaikan oleh guru, bisa juga direkam, disertai dengan lagu-lagu dan musik yang berkaitan dengan isi dongeng).
b. Motivasi, dilakukan dengan cara guru menyampaikan manfaat kegiatan pembelajaran dengan materi dongeng.
Umpamanya, Kalau rajin mendengar dongeng nanti kalian bisa membuat dongeng baru atau membuat cerita lain lalu cerita tersebut dapat kalian dikirimkan ke majalah anak-anak. Tentu kalian akan mendapat uang imbalan.
c. Menjelaskan tujuan, disampaikan sesuai dengan yang pembelajaran secara singkat.
2. Kegiatan Inti
a.
Peserta didik mendengarkan penjelasan guru yang berkaitan dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
b.
Peserta didik menyimak sebuah cerita rakyat yang berupa dongeng yang berasal dari Musi Banyuasin Sumatera Selatan (cerita bisa langsung disampaikan oleh guru atau dapat juga direkam yang disertai dengan lagu-lagu dan musik yang berkaitan dengan isi dongeng). Sambil menyimak peserta didik diberi kesempatan mencatat hal-hal yang mungkin berguna untuk bahan menceritakan kembali, sebagai tugas akhirnya.
c.
Secara berkelompok, peserta didik mendiskusikan pertanyaan yang berkaitan dengan isi dongeng. Umpamanya: Siapa pelaku cerita itu; di mana terjadinya peristiwa itu; jelaskan perilaku para pelakunya; bagaimana hubungan antarpelaku; apa buktinya bahwa kedua pelaku saling menolong; dsb (kegiatan ini dilakukan dalam rangka menggiring peserta didik untuk memahami isi cerita).
d.
Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Pada saat salah seorang wakil dari suatu kelompok melaporkan, kelompok lain menyimak dan menanggapinya.
e.
Peserta didik memperhatikan tanggapan guru terhadap hasil diskusi tiap kelompok dan proses diskusi kelas.
f.
Peserta didik menceritakan kembali isi cerita dengan kalimat yang runtut dan mudah dipahami secara tertulis.
3. Kegiatan Akhir/Penutup
a. Kegiatan refleksi tentang proses dan hasil kegiatan pembelajaran.
Contoh: Bagaimanakah dongeng yang kalian dengar tadi, menarik dan mengasyikkan bukan? Apa kira-kira kekurangannya? Nah, ternyata tulisan kalian sudah bagus semua. Jalan ceritanya tepat, isinya lengkap, kalimat-kalimatnya pun sudah baik dan benar. Hanya ada beberapa dari kalian yang menuliskan huruf kapital belum tepat. Bapak sangat bangga, anak-anak sudah mengikuti kegiatan pembelajaran ini dengan penuh perhatian dan semangat yang menggebu. Oleh karena itu, hasilnya pun sangat memuaskan. Selamat anak-anak!
b. Penegasan-penegasan berkaitan dengan tata cara mendengarkan, menceritakan kembali, dan menuliskannya.
c. Tindak lanjut.
Kegiatan ini berupa pengayaan atau perbaikan. Pengayaan, kalau 85% dari jumlah peserta didik sudah mendapat nilai 75 (kalau skor 0—100). Dan lakukan perbaikan kalau peserta didik yang mendapat nilai 75 kurang dari 85% dari jumlah peserta didik.
G. Sumber/Media
H. Penilaian
Kriteria/Skor
1.
Kelengkapan isi cerita: 6 (jika lengkap beri nilai 6, kurang lengkap beri nilai 4, dan jika kurang lengkap sekali beri nilai 2).
2.
Ketepatan kalimat: 4 (jika tidak ada yang salah beri nilai 4, salah sedikit beri nilai 3, jika banyak ketidaktepatannya beri nilai 2).
Contoh 2
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : I (satu)/1 (satu)
Waktu : 2 jam pelajaran
A. Standar Kompetensi
Mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi secara lisan melalui perkenalan, tegur sapa, fungsi anggota tubuh, dan deklamasi.
B. Kompetensi Dasar
Menyalin puisi anak sederhana dengan huruf lepas
C. Indikator
Menyalin puisi anak dengan huruf lepas agar terbaca orang lain dan dapat membacanya dengan suara nyaring.
D. Tujuan Pembelajaran:
Peserta didik dapat membacanya dengan lancar dan suara nyaring.
E. Materi Pokok
Teks sastra
dua mata saya
dua mata saya, hidung saya satu
dua kaki saya, pakai sepatu baru
dua telinga saya, kiri dan kanan
satu mulut saya, tidak berhenti makan
F. Kegiatan Pembelajaran
1. Kegiatan Awal/Pendahuluan
a. Apersepsi: Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara bertanya jawab tentang hal-hal yang berkaitan dengan materi.
Contoh: Anak-anak siapa yang dapat menunjukkan mata? Berapa jumlahnya? Siapa lagi yang dapat menunjukkan kaki? Berapa jumlahnya? Mana telinga kita, ayo siapa yang dapat menunjukkan? Kalau mulut untuk apa, ayo mana mulut, siapa yang mau menunjukkan? Iya, anak Bapak pintar-pintar. Nah, anak-anak kita nanti menyanyi dan membaca! Mau kan?
b. Motivasi
Motivasi dapat dilakukan dengan cara menyampaikan atau menjelaskan manfaat terampil menyanyi dan membaca.
Umpamanya: Anak-anak tahu tidak kalau kita pintar bernyanyi dan pintar membaca? Kalau anak-anak pintar bernyanyi, bisa jadi penyanyi yang terkenal. Bisa nyanyi di televisi atau di radio. Anak-anak mau kan menjadi penyanyi terkenal? Tentu mau kan? Kalau anak-anak pintar membaca, wah anak-anak bisa menjadi penyiar acara televisi atau radio. Mau kan, anak-anak? Ya, tentunya anak-anak Bapak mau semua.
c. Menjelaskan tujuan pembelajaran. Jelaskanlah sesuai dengan tujuan pembelajaran di atas!
2. Kegiatan Inti
a.
Peserta didik diajak menyanyikan lagu “Dua Mata Saya” secara bersama-sama, kelompok demi kelompok, dan perorangan.
b.
Peserta didik memperhatikan contoh membaca teks puisi yabg diperagakan oleh guru (ekspresi atau mimik, gerak tangan menunjuk organ tubuh sesuai dengan diksi dalam teks lagu). Kegiatan ini dilakukan berulang-ulang.
c.
Peserta didik diajak menirukan apa yang dilakukan guru. Kegiatan ini juga dilakukan berulang-ulang, diteruskan secara berkelompok, berpasangan dan dapat juga dilakukan secara perorangan.
d.
Kegiatan bisa diakhiri dengan peserta didik disuruh menyalin teks puisi dengan huruf lepas yang mudah dibaca oleh orang lain.
3. Kegiatan Akhir/Penutup
a. Kegiatan refleksi
Kegiatan ini dilakukan dengan menanyakan kepada peserta didik apakah kegiatan pembelajaran tadi mengasyikkan atau tidak, menyenangkan atau tidak, dsb.
b. Penegasan, dilakukan dengan cara menjelaskan kembali tata cara membaca dengan memperagakan anggota badan atau organ tubuh, dsb.
c. Tindak lanjut
Kegiatan ini diisi dengan memuji keberhasilan yang sudah diraih oleh peserta didik.
Contoh: Wah, anak-anak sudah pintar membaca, berdeklamasi, dan menulis dengan bagus.
Untuk peserta didik yang sudah bagus diberi tugas berupa pengayaan mencari nyanyian lain yang pendek. Bagi yang belum, diberi tugas untuk belajar membaca lagi di rumah dan minta bantuan orang tua atau kakaknya.
G. Sumber/Media
Sumber: Cinta Buku Bahasa Kita IA Halaman 82
Media: Karton bertuliskan teks sastra berjudul “Dua Mata Saya”
H. Penilaian
Penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung.
Aspek yang dinilai adalah lafal, intonasi, dan ekspresi. Bobot skor, umpamanya, untuk lafal diberi nilai 4, intonasi 3, ekspresi 3. Jumlah skor maksimum 10 (kalau rentangan 0—10 yang digunakan)
Latihan
Setelah Anda mempelajari materi tadi, untuk mengecek pemahaman Anda tersebut, kerjakanlah latihan berikut!
1.
Jelaskanlah ciri utama prinsip kontekstual dalam pembelajaran bahasa!
2.
Bagaimanakah penerapan pelaksanaan pembelajaran bahasa berdasarkan prinsip integratif?
3.
Jelaskanlah peran guru berdasarkan prinsip komunikatif!
Pedoman Jawaban Latihan
Kalau Anda sudah menyelesaikan latihan di atas, cocokkanlah dengan pedoman jawaban berikut.
1.
Ciri utama prinsip kontekstual dalam pembelajaran bahasa adalah materi yang diajarkan dikaitkan dengan dunia nyata yang sesuai dengan kehidupan sehari-hari peserta didik.
2.
Penerapan pelaksanaan pembelajaran berdasarkan prinsip integratif adalah memadukan atau mengintegrasikan berbagai unsur kebahasaan dalam kegiatan pembelajaran. Umpamanya mengajarkan kosa kata dipadukan dengan pelajaram membaca, menulis, berbicara, atau menyimak.
3.
Peran guru dalam pembelajaran bahasa berdasarkan pendekatan komunikatif adalah sebagai pembelajar, pengorganisasi, pembimbing, dan peneliti.
Rangkuman
Pelaksanaan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas menurut konstruktivisme diwujudkan dalam bentuk peserta didik disuruh menulis/mengarang dan bercerita. Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah: (1) merumuskan masalah, (2) melakukan pengamatan, (3) menganalisis hasil pengamatan, dan (4) mengkomunikasikan kepada orang lain. Kegiatan bertanya diterapkan pada waktu diskusi, kerja kelompok, menemui kesulitan, dan mengamati sesuatu. Prinsip “komponen masyarakat belajar” menghendaki agar kelas dibagi atas beberapa kelompok. Pemodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan contoh yang harus ditiru oleh peserta didik. Refleksi dilakukan untuk berpikir tentang apa yang baru dilakukan, untuk direnungkan. Penilaian dilakukan dari proses dan hasil belajar. Berdasarkan prinsip integratif pembelajaran bahasa dilakukan secara terpadu antara beberapa unsure kebahasaan, dan aspek berbahasa. Tujuan akhir yang hendak dicapai dalam pembelajaran bahasa berdasarkan prinsip komunikatif adalah peserta didik dapat menggunakan bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. |
Tes Formatif 2
Pilihlah jawaban yang paling tepat!
1.
Berikut ini prinsip-prinsip yang dianjurkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum 2004, kecuali….
A.
asosiatif
B.
kontekstual
C.
integratif
D.
fungsional
2.
Refleksi dan pemodelan merupakan komponen yang terdapat pada prinsip….
A.
komunikatif
B.
fungsional
C.
konstruktivisme
D.
integratif
3.
Memasukkan bahan ajar kosa kata ke dalam pembelajaran membaca merupakan prinsip pembelajaran….
A.
komunikatif
B.
integratif
C.
fungsional
D.
konstruktivisme
4.
Pembelajaran didasarkan pada berbagai sumber merupakan salah satu aspek dalam prinsip pembelajaran….
A.
fungsional
B.
konstruktivisme
C.
integratif
D.
asosiatif
5.
Perbedaan yang mencolok pada peran guru antara pembelajaran tradisional dengan pembelajaran yang fungsional, di antaranya adalah guru sebagai….
A.
pengorganisasian
B.
pembimbing
C.
peneliti
D.
pembelajar
6. Akomodasi merupakan salah satu cara pengembangan struktur pengetahuan oleh otak. Pernyataan ini terdapat pada prinsip….
A.
konstruktivisme
B.
integratif
C.
fungsional
D.
asosiatif
7.
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh peserta didik bukan hasil mengingat, melainkan dari hasil menemukan. Pernyataan ini terdapat dalam prinsip….
A.
konstruktivisme
B.
questioning
C.
inquiry
D.
reflection
8.
Kelompok belajar harus terdiri atas peserta didik yang beragam kemampuannya. Pernyataan ini terdapat pada prinsip….
A.
learning community
B.
reflection
C.
modeling
D.
questioning
9.
Penilaian autentik dilaksanakan pada saat….
A.
sebelum pembelajaran
B.
selama pembelajaran
C.
sesudah pembelajaran
D.
proses dan akhir pembelajaran
10.
Teknik bermain peran merupakan salah satu teknik pembelajaran, terdapat dalam….
A.
konstruktivisme
B.
fungsional
C.
kontekstual
D.
integratif
Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Subunit 2.
Rumus:
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = X 100%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :
90 – 100% = baik sekali
80 - 89% = baik
70 – 79% = cukup
< 70% = kurang
Bila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat melanjutkan dengan Unit selanjutnya. Selamat untuk Anda ! Tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mempelajari kembali materi Subunit 2 terutama bagian yang belum Anda kuasai.
Kunci Jawaban Tes Formatif
Tes Formatif 1
1.
C, jawaban sudah jelas
2.
A, jawaban sudah jelas
3.
C, jawaban sudah jelas
4.
C, karena pembagian waktu pada Kurikulum 1994 berdasarkan caturwulan sedangkan pada Kurikulum 2004 berdasarkan semester
5.
C, jawaban sudah jelas
6.
D, jawaban sudah jelas
7.
A, jawaban sudah jelas
8.
A, jawaban sudah jelas
9.
A, jawaban sudah jelas
10.
A, jawaban sudah jelas
Tes Formatif 2
1.
A, Tidak terdapat dalam Kurikulum 2004
2.
C, Refleksi dan pemodelan adalah dua di antara 7 prinsip yang ada pada prinsip konstruktivisme
3.
B, Prinsip integratif adalah prinsip pembelajaran yang memadukan beberapa unsur bahasa dalam satu sajian.
4.
A, Prinsip dalam pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan dengan konsep pembelajaran komunikatif. Konsep ini mengisyaratkan bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar. Sumber yang lain adalah peserta didik dan lingkungan.
5.
D, Dalam prinsip fungsional, peran guru di samping sebagai pengorganisasian, pembimbing, peneliti, juga sebagai pembelajar.
6.
A, Cara pengembangan struktur oleh otak ada dua, yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi, pengembangan yang dilakukan oleh otak dengan cara struktur pengetahuan baru dibangun atas dasar pengetahuan yang sudah ada. Akomodasi, struktur yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan menyesuaikan hadirnya pengetahuan baru.
7.
C, cukup jelas.
8.
A, Learning Community menghendaki agar dalam pembelajaran kelas dibagi atas beberapa kelompok. Tiap kelompok terdiri atas peserta didik yang heterogen kemampuannya.
9.
D, Karena penilaian autentik dilakukan selama dan sesudah pembelajaran berlangsung,
10.
B, Karena pelaksanaan pembelajaran bahasa yang fungsional adalah menggunakan teknik bermain peran.
Daftar Pustaka
Ansyar, M. 2002. Pendekatan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Seminar Nasional Kurikulum Berbasis Kompetensi, UNP, Padang, 25 September 2002.
Depdikbud. 1995. Kurikulum Pendidikan Dasar GBPP SD. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta.
Depdiknas. 2001. Bahan Sosialisasi Pengembangan Kurikulum Berbasis Kemampuan Dasar Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Dit. Dikmenum.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pendekatan Kontekstual .Jakarta: Depdiknas, Dirjen Diknasmen, Dirdik Lanjutan Pertama.
Depdiknas. 2003a. Kurikulum 2004. Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:Depdiknas.
Depdiknas. 2003b. Pelayanan Profesional Kurikuum 2004: Kegiatan Belajar-Mengajar yang Efektif. Jakarta.
Hairuddin. 2000. “Penerapan Pendekatan Komunikatif dalam Pembelajaran bahasa Indonesia di SD Kecamatan Ilir Timur I Kotamadya Palembang.” Forum Kependidikan. Tahun 19, Nomor 2, Maret 2000, 133-144.
Hasan, S.H. 2002. Hakikat Kurikulum Berbasis Kompetensi. Makalah Seminar Nasional Kurikulum Berbasis Kompetensi, UNP Padang, 25 September 2002.
Karhami, S.K.A. Kurikulum Berbasis Kompetensi Jenjang Dikdasmen. Makalah Seminar Kurikulum Berbasis Kompetensi UNP, Padang, 25 September 2002.
Maksam, Marjusman. 1994. Ilmu Bahasa. Padang: M. R. C FPTK IKIP Padang.
Purnomo, M. E. Beberapa Prinsip dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Menurut Kurikulum 2004. Makalah Pendidikan Bahasa dan Sastra VI, Program Pascasarjana Universitas Sriwijaya, Palembang, 5 Juli 2005.
Glosarium
Atraktif : menarik.
De facto : berdasarkan kenyataan di lapangan.
Kontekstual : sesuai dengan situasi (tempat, waktu, mitra bicara).
Kooperatif : sifat kerjasama.
Strategi : siasat, rencana yang cermat untuk mencapai sasaran khusus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar